Mohon tunggu...
yswitopr
yswitopr Mohon Tunggu... lainnya -

....yang gelisah karena sapaan Sang Cinta dan sedang dalam perjalanan mencari Sang Cinta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Spiritual di Pakuning Tanah Jawa [Part Two]

13 Agustus 2010   02:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:05 3237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_224484" align="aligncenter" width="500" caption="makam kyai semar atau ismoyo jati"][/caption]

Siang ini kota Magelang terasa lain. Tidak biasanya cuaca demikian panas. Namun tidak menyurutkan langkahku untuk menginjakkan kaki di puncak gunung Tidar. Jalan menanjak dan berundak aku lalui. Peluh membasahi sekujur badan. Ugh... Benar-benar panas. Sembari melangkahkan kaki perlahan, aku merasa ada sebuah keanehan. Beberapa hari yang lalu kedatanganku di tempat ini disambut serombongan peminta-minta. Tapi hari ini sama sekali tidak ada rombongan peminta-minta. Keanehan lainnya adalah para peziarah. Sudah separo jalan aku lalui, tapi aku tidak bertemu dengan peziarah, baik yang hendak naik maupun yang akan turun. Mengapa?

Tak kutemukan jawaban. Perlahan namun pasti kuayunkan kakiku sedikit demi sedikit. Akhirnya, diujung tanjakan aku bertemu dengan seorang ibu setengah baya yang sedang beristirahat. Melihat ibu itu, ayunan kakiku aku percepat. Rupanya ibu itu sedang mencari kayu bakar. Langsung saka aku ajak ibu itu ngobrol ngalor ngidul sambil melepaskan capek dan mengeringkan keringat.

“Kok sepi ya, Bu?” tanyaku kepada ibu itu.

Sambil tersenyum, ibu yang ternyata satu daerah asal denganku itu menjawab, “Ini kan bulan puasa tho, Mas. Kalau bulan puasa memang sepi. Jarang sekali yang datang ke tempat ini. Setelah lebaran pasti ramai lagi.”

Terjawab sudah pertanyaanku tadi. Tapi jawaban ibu ini justru mengingatkan saya pada postingan saya terdahulu. Pada postingan terdahulu, ada sahabat yang memberikan komentar musrik karena ada orang yang berdoa di depan makam Syekh Subakir. Apakah karena alasan itu lalu mereka tidak datang ke tempat ini atau karena alasan lain? Aku tidak tahu dan bukan kapasitasku untuk menjawab pertanyaan itu.

“Memangnya di atas itu ada apa to, Bu?” Aku pura-pura tidak tahu. Pertanyaan ini aku lontarkan untuk memancing ibu itu bercerita. Dan benar saja. Ibu itu segera menceritakan banyak hal tentang gunung Tidar dan petilasan yang ada di gunung Tidar.

Rupa-rupanya, gunung Tidar menyimpan sejumlah misteri. Gunung yang terletak di tengah kota Magelang dan sekaligus menjadi paru-paru kota Magelang disebut juga “pakuning tanah Jawa”. Dibalik sebutan ini, tersimpah sebuah legenda yang turun temurun. Konon, tanah jawa merupakan sebentuk tanah yang terapung di lautan luas. karena terapung tadi maka tanah ini selalu bergerak kenapun angin menggerakkannya. Melihat keadaan ini, Gusti mengutus seorang dewa kemudian diutus turun dari kahyangan untuk memaku tanah tersebut agar berhenti bergerak. Kepala dari paku yang digunakan untuk memaku Pulau Jawa tersebut akhirnya menjadi sebuah gunung yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tidar. Gunung yang terletak di pinggir selatan kota Magelang yang kebetulan berada tepat dibagian tengah Pulau Jawa tersebut memang berbentuk kepala paku. Jadilah gunung Tidar dikenal masyarakat sebagai “pakuning tanah Jawa”. Gunung tidar sebagai pakuning tanah jawa ini juga diambil alih sebagai lambang kota Magelang.

“Kalau Mas naik terus akan ketemu petilasan Syekh Subakir. Setelah itu, ada jalan datar. Ikuti saja Mas!” Demikian penjelesan ibu itu menutup pembicaraan. Ibu itu harus segera melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya. Untung aku bertemu dengan dengan seorang ibu yang berasal dari satu daerah. Ia merantau meninggalkan kampung halaman dan bekerja di Magelang. Di Magelang inilah ia ketemu suaminya dan membangun keluarga. Sayangnya, aku lupa menanyakan namanya karena keasyikan ngobrol.

[caption id="attachment_224490" align="aligncenter" width="500" caption="makam kyai sepanjang sedang direnovasi"][/caption]

Setelah berpamitan, aku melanjutkan perjalanan. Benar kata ibu itu. Selepas petilasan Syeks Subakir, aku menemukan alan conblok. Aku ikuti jalan itu. Sampailah di sebuah bangunan yang sedang direnovasi. Sementara para tukang sedang beristirahat. Dari para tukang inilah aku tahu kalau bangunan yang sedang direnovasi ini adalah makam Sepanjang. Rupa-rupanya ada beberapa versi mengenai kisah Kyai Sepanjang ini. Eyang Kyai Sepanjang merupakan murid dari Syekh Subakir. Karena pernah melakukan kesalahan dan sulit untuk disadarkan, Eyang Kyai Sepanjang terkena tulah dari Syekh Subakir sehingga beliau berubah menjadi tombak. Pada awalnya, makam ini panjangnya 6 meter. Setelah petilasan Syekh Subakir dan Kyai Ismoyo dipugar, Eyang Kyai Sepanjang pun meminta kepada Juru Kunci agar makamnya juga dipugar dan panjang makam ditambah 1 meter sehingga total menjadi 7 meter.

[caption id="attachment_224494" align="aligncenter" width="500" caption="tanah lapang di puncak gunung tidar yang dikelilingi pohon-pohon rindang"][/caption]

Setelah mengabadikan bangunan makam Kyai Sepanjang, aku meneruskan perjalanan. Melewati jalan conblok yang sedikit menanjak, aku disambut oleh dataran yang lapang. Tanah lapang ini dikelilingi pohon-pohon besar. Di sekelilingnya terdapat tempat duduk. Sangat mengasyikkan sebagai tempat menghabiskan waktu dan menikmati keindahan. Di samping kanan, terdapat jalan menuju kompleks AKMIL. Sementara jalan yang di sisi kiri akan menuju ke makam Kyai Semar atau Sang Hyang Ismoyo Jati. Kyai Semar merupakan Pamomong Tanah Jawa. Dikisahkan bahwa Kyai Semar menelan dunia (bumi) dan tidak bisa dikeluarkan lagi sehingga bentuk perutnya membuncit seperti orang hamil.

[caption id="attachment_224496" align="alignright" width="300" caption="puncak makam dengan ornamen janur kuning berbentuk keris"][/caption]

Makam Kyai Semar berbentuk kerucut berwarna kuning, di dasar kerucut dikelilingi (disabuki) dengan tulisan jawa Hanacaraka dan di puncaknya disunduk dengan janur kuning. Bentuk ornamen janur kuning adalah sebilah keris. Makam kerucut ini disebutTumpeng Jejeg Sejati yang berarti bahwa manusia hidup harus benar tindakannya (jejeg lakune) dan senantiasa bersyukur kepada yang memberi hidup. Makam dikelilingi dengan pagar tembok yang berbentuk persegi. Ada angka 9 pada panjang dan lebar tembok. Angka ini hendak melambangkan Wali Songo sebagai penyebar Agama Islam. Ada yang unik yaitu tumbuhnya pohon jati di dalam kompleks makam ini. Keberadaan pohon jati ini memang disengaja sekaligus untuk semakin menegaskan nama makam ini, yaitu sesuai dengan nama Sang Hyang Ismoyo Jati. Diceritakan bahwa pohon jati ini tidak bisa ditebang. Selain pohon jati, keunikan makam ini adalah keberadaan kaca cermin. Lantai kijing Kyai Semar dikelilingi dengan kaca cermin agar setiap orang yang berziarah hendaknya dapat berkaca terlebih dahulu, apakah wajahnya berupa hewan atau manusia. Sebuah permenungan yang menarik dan syarat makna.

Puas mengelilingi makam yang ada, aku mengelilingi puncak gunung Tidar ini. Benar-benar aku dimanjakan dengan pemandangan yang luar biasa. Sembari duduk dan beristirahat, aku benar-benar menikmati hari. Berteman bunga pohon pinus takhentinya aku bersyukur kepada Tuhan atas segala keindahan ciptaan-Nya. Tiba-tiba saja aku dihampiri seekor bunglon. Bunglon kecil yang malu-malu.

[caption id="attachment_224498" align="aligncenter" width="500" caption="bunglon dan bunga pinus yang menemaniku menikmati keindahan gunung tidar"][/caption]

salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun