Mohon tunggu...
yswitopr
yswitopr Mohon Tunggu... lainnya -

....yang gelisah karena sapaan Sang Cinta dan sedang dalam perjalanan mencari Sang Cinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Koyaknya Pilar Kebangsaan?

17 Agustus 2012   14:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:37 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_193740" align="aligncenter" width="576" caption="masihkah kemerdekaan terpantul dari kedalaman diri kita? (dok.pri)"][/caption]

Anak-anak SMP Kanisius Pakem memainkan lagu-lagu perjuangan di tengah lapangan yang akan digunakan untuk memperingati detik-detik proklamasi. Dengan seragam nuansa Jawa, hendak dipadukan konteks budaya (baca: kesukuan) yang turut menyumbang kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lagu-lagu yang dimainkan oleh anak-anak remaja itu seolah membangkitkan kembali semangat dan jiwa patriotisme para pahlawan kemerdekaan.

Bergetar rasanya mendengarkan lagu-lagu yang dimainkan marching band SMPK Pakem itu. Tangan-tangan kecil nanlincah itu seperti menggugah kembali semangat kebangsaan. Semangat para pahlawan kemerdekaan kembali dimunculkan untuk kemudian direnungkan. Mereka berjuang demi harga diri Indonesia. Mereka berjuang demi satu kata MERDEKA.

[caption id="attachment_193742" align="aligncenter" width="432" caption="marching band smp kanisius pakem memainkan lagu-lagu perjuangan untuk menggugah kembali semangat patriotisme demi keutuhan NKRI (dok.pri)"]

13452131591761047529
13452131591761047529
[/caption]

Kini, semangat kebangsaan itu telah terumuskan dengan baik oleh para pemangku negeri ini: PANCASILA, UUD 45, NKRI, dan BHINNEKA TUNGGAL IKA. 4 pilar kebangsaan itu saling terkait satu sama lain. Dengan kata lain, 4 pilar itu tidak berdiri sendiri. Sebuah pertanyaan menggelitik: apakah 4 pilar kebangsaan yang telah dirumuskan oleh para pemangku bangsa ini telah dihidupi?

Pertanyaan itu semakin menguat ketika mengikuti upacara pengibaran bendera memperingati detik-detik proklamasi kemerdekaan yang ke enam puluh tujuh. Saya mengikuti upacara pengibaran bendera itu di lapangan Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Saya sengaja memilih kata upacara pengibaran bendera sebab upacara yang saya ikuti tadi pagi memang menjadi upacara seremonial pengibaran bendera oleh pasukan pengibar bendera.

[caption id="attachment_193743" align="aligncenter" width="432" caption="gagahnya anggota pasukan pengibar bendera. segagah itukan kecintaan mereka kepada NKRI? (dok.pri)"]

1345213273204037165
1345213273204037165
[/caption]

Bagi saya, upacara bendera peringatan detik-detik proklamasi selalu identik dengan pembacaan teks proklamasi, pembacaan UUD 45, pembacaan Pancasila, adanya amanat dari Inspektur Upacara, dan doa. Betapa mengagetkan apa yang saya alami tadi pagi. Upacara yang disebut sebagai upacara peringatan detik-detik proklamasi itu hanya menjadi sebuah acara seremonial pengibaran bendera. Dalam acara seremonial itu, hanya ada pembacaan naskah proklamasi, pengibaran bendera dan doa. Artinya pembacaan UUD 45, Pancasila, dan amanat dari Inspektur upacara sama sekali tidak ada jejaknya.

Sudah digembar-gemborkan bahwa UUD 45 dan Pancasila adalah pilar pertama dan kedua dari 4 pilar kebangsaan. Mengapa yang disebut sebagai pilar kebangsaan itu justru dibacakan pada sebuah peristiwa yang memiliki makna besar bagi kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia itu? Sungguh takmasuk dalam nalar saya. Khasak-khusuk terdengar bahwa itu terjadi karena upacara kali ini terjadi dalam masa puasa. Mohon maaf, bukan maksud saya mengecilkan arti puasa bagi saudara-saudara Muslim. Berapa lama sih membacakan UUD 45 dan Pancasila?

Ketika secara tekstual, keempat pilar kebangsaan taklagi mendapat tempat, bagaimana ke empat pilar kebangsaan itu hendak ditempatkan dan dihidupi? Semoga upacara peringatan detik-detik kemerdekaan bangsa Indonesia yan gke enam puluh tujuh ini tidak menjadi pertanda koyaknya pilar-pilar kebangsaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dengan bersimbah darah. MERDEKA ATAU MATI!

[caption id="attachment_193744" align="aligncenter" width="378" caption="maaf: inikah cara menghormati jasa para pahlawan yang telah gugur demi tegaknya NKRI? (dok.rpi)"]

1345213363872242675
1345213363872242675
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun