Mohon tunggu...
yswitopr
yswitopr Mohon Tunggu... lainnya -

....yang gelisah karena sapaan Sang Cinta dan sedang dalam perjalanan mencari Sang Cinta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Keramahan Gua Maria Sendangsono

3 Juni 2016   11:20 Diperbarui: 4 Juni 2016   01:01 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jalan salib pendek di bawah kapel 12 rasul

Selepas bermain di Pastoran Gereja Promasan, saya pergi menyusuri sungai yang ada di depan gereja. Ada jalan membelok sebelum jembatan. Beberapa meter saya menjumpai sebuah prasasti. Ada tiga nama di sana. Nama paling atas adalah Purnomo Yusgiantoro, mantan Menteri Pertahanan. Dibawahnya ada nama Mgr. Pujasumarta, Uskup Agung Semarang yang telah wafat. Yang terakhir adalah nama Romo Paroki Promasan.

prasasti kompleks padusan sendangsono
prasasti kompleks padusan sendangsono
Di kanan prasasti ada jalan berundak yang cukup tinggi. Di ujung kiri ada jalan menuju kamar mandi. Sedangkan di tengah ada jalan menuju kompleks Padusan Sendangsono. Halaman yang sangat luas. Di bagian tengah dan kanan kirinya ditanami pohon perindang. Di sinilah para peziarah dapat melepas penat.

Persis dibagian tengah ada kolam kecil. Ada sebuah simbolisasi pembersihan yang hendak ditawarkan pada tempat ini. Di halaman ini pula ditempatkan tempat duduk yang bisa digunakan oleh para peziarah. Duduk di tempat  ini setelah perjalanan jauh menjadi sesuatu yang menyenangkan. Sejuknya hawa pegunungan demikian terasa.

komples padusan tampak dari atas
komples padusan tampak dari atas
Halaman tentu bukan bagian inti. Bagian inti dari kompleks padusan ini adalah areal di ujung halaman. Ada dua gapura kembar berdiri gagah. Kedua gapura ini merupakan pintu masuk menuju areal padusan. Sebelah kiri untuk laki-laki. Sementara sebelah kanan untuk perempuan. Keduanya dibangun kembar. Pembagian ruang nya sama.

Ada tiga bagian di setiap areal. Yaitu tempat membersihkan diri berupa kamar dengan kolam kecil; tempat membasuh muka, dan kamar kecil berupa pancuran. Di areal ini para peziarah dapat merasakan kesejukan air pegunungan alami, baik dengan mandi atau sekedar membasuh muka. Kesegaran airnya seolah melepaskan segala penat dan beban.

gapura kembar menuju kompleks padusan
gapura kembar menuju kompleks padusan
pancuran, salah satu sudut dalam areal padusan
pancuran, salah satu sudut dalam areal padusan
kolam yang bisa digunakan para peziarah berendam untuk membersihkan diri
kolam yang bisa digunakan para peziarah berendam untuk membersihkan diri
Setelah merasa cukup, saya pun melanjutkan perjalanan. Ada dua jalan. Yang pertama di samping prasasti. Yang kedua kita bisa melewati jalan di tepi halaman. Jalan berupa terasiring ini memudahkan para peziarah.

Sembari mengadakan doa jalan salib, saya kagum dengan penataan yang dibuat. Jalan yang dahulu tidak teratur karena juga menjadi jalan kampung, kini tertata rapi. Bukan hanya jalan, di sebelah kanan dan kiri juga ditata sedemikian rupa. Sendangsono telah berubah.

pemandangan di perhentian I jalan salib panjang
pemandangan di perhentian I jalan salib panjang
Takterasa, saya sampai juga di kompleks Sendangsono. Hawa segar membuat saya tidak merasa capek. Ada pemandangan unik. Tahun 2009 dibangun sebuah area untuk difable. Arsitektur lama tidaklah nyaman bagi difable. Dengan sedikit keberanian, arsitektur yang ada disesuaikan sehingga semakin ramah dengan siapa pun. Kini, sudah ada tulisan penanda untuk itu.

penanda yang cukup mencolok membuktikan keramahan sendangsono bagi para peziarah
penanda yang cukup mencolok membuktikan keramahan sendangsono bagi para peziarah
Ah, Sendangsono kini… mencoba melawan arus kemapanan dengan menawarkan makna peziarahan sejati.

keramahan sendangsono dengan segala keindahan arsitekturnya
keramahan sendangsono dengan segala keindahan arsitekturnya
salah satu sudut sendangsono di malam hari
salah satu sudut sendangsono di malam hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun