[caption id="attachment_354330" align="aligncenter" width="630" caption="mengendarai sepeda motor tidak mengenakan helm dan anak justru ditempatkan di depan. kok bisa ya?"][/caption]
Dalam dunia fotografi, dikenal istilah panning. Apa sih itu? Panning adalah teknik yang dipakai untuk membekukan obyek yang bergerak. Banyak foto-foto sport menggunakan teknik ini. Salah sati ciri khas teknik panning adalah fokus pada obyek yang bergerak, sementara backgroundnya cenderung ngeblur.
Kebetulan virus untuk belajar motret sedang menjangkit. Untuk memenuhi hasrat, jadilah saya ingin belajar memotret dengan teknik panning ini. Untuk belajar tidak sulit karena ada banyak obyek yang bisa ditemui. Jalan raya pun menjadi sasaran saya. Selain belajar, saya bisa gunakan hasilnya untuk bikin tulisan mengenai budaya lalulintas yang bikin panning. Eh salah, maksudku bikin pening kepala. Pertama menginjakkan kaki di tanah Sumatra budaya berlalu lintas memang membikin pening kepala. Benar-benar butuh nyali untuk bisa mengendarai kendaraan di jalan. Berhubung masih belajar, hasil fotonya belum maksimal. Masih perlu belajar dan terus belajar untuk mematangkan teknik ini.
[caption id="attachment_354331" align="aligncenter" width="630" caption="yang penting happy?"]
Entahlah apa yang berada di pikiran ketika sedang mengendarai kenadaraan. Hampir sebagian besar akan menjawab “karena tidak ada polisi”. Artinya, kalau ada orang naik sepeda motor di jalan raya dan tidak mengenakan helm hal itu karena tidak ada polisi yang berjaga. Ketika ada polisi, barulah ada kepatuhan. Rambu-rambu lalu lintas pun tidak ada gunanya kalau tidak ada polisi yang berjaga. Seringnya helm hanya sekedar menjadi asesoris belaka. Helmnya dibawa tetapi tidak dikenakan.
[caption id="attachment_354332" align="aligncenter" width="630" caption="helmnya dimana?"]
Ada banyak orang berkendara namun kurang berpikir tentang keselamatan diri sendiri atau orang lain. Kita sering melihat kendaraan yang melebihi kapasitas kan? Ketika tidak ada persoalan ya enjoy saja. Tetapi ketika ada kecelakaan, misalnya, barulah komentar mengenai pentingnya menjaga keselamatan mencuat dan diserukan. Sesudah itu, kembali lagi ke kebiasaan dan budaya lama. Cuek yang penting tidak terjadi apa-apa.
Pun pula dengan keselamatan orang yang kita sayangi. Misalnya anak. Menjadi demikian aneh ketika kita mengendarai sepeda motor lalu anak justru kita tempatkan di depan. Anak senang, bisa jadi. Tetapi tanpa kita sadari, kita telah bermain-main dengan keselamatan anak kita. Anak justru menjadi tameng bagi orang tua atas angin yang bisa berbahaya bagi kesehatan. Sederhana tetapi jarang diperhatikan. Bahkan ada yang ngeyel dengan alasan karena anak meminta dan kalau tidak dituruti anak nangis. Demi mudahnya, dituruti saja kemauan anak-anak. Kesehatan anak dipertaruhkan hanya demi menuruti kemauan anak supaya tidak menangis.
[caption id="attachment_354333" align="aligncenter" width="630" caption="sayangilah diri anda sendiri dan terutama anak anda"]
Mengubah sebuah kebiasaan yang telah mengakar memang tidak mudah. Menjadi semakin tidak mudah lagi ketika kebiasaan itu telah mengakar, bahkan dalam diri generasi muda. Faktanya, banyak pelanggaran berlalu lintas justru dilakukan oleh generasi muda. Untuk itu dibutuhkan penyadaran terus menerus utamanya di kalangan anak-anak. Budaya berlalu lintas yang aman perlu ditanamkan sejak kecil. Orang tua, pendidik, dan unsur-unsur yang terkait seperti kepolisian harus bersama-sama dan terus menerus memberikan pemahaman yang benar mengenai berlalulintas yang aman kepada anak-anak. Bukan hanya pemahaman, tetapi juga keteladanan.
[caption id="attachment_354334" align="aligncenter" width="630" caption="apa jadinya kalau anak sekolah sudah terbiasa melakukan pelanggaran seperti ini?"]
Taat berlalu lintas hanya mungkin terjadi kalau ada kesadaran dari dalam, bukan sekedar karena alasan ada petugas polisi atau tidak. Umumnya, sebelum berangkat orang akan berdoa mohon keselamatan dalam perjalanan. Nah, inilah yang mestinya menjadi kesadaran utama. Supaya selamat, harus diupayakan bukan? Caranya adalah dengan tertib berlalu lintas.
[caption id="attachment_354335" align="aligncenter" width="630" caption="katanya, ramai-ramai itu asyik. coba hitung ada berapa anak dalam becak ini!"]
Bagi yang mau ikutan kegiatan Kampret silahkan lihat ke SINI....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H