Mohon tunggu...
yswitopr
yswitopr Mohon Tunggu... lainnya -

....yang gelisah karena sapaan Sang Cinta dan sedang dalam perjalanan mencari Sang Cinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gereja Katedral Pontianak Meniru Masjid?

9 Desember 2013   22:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:07 8746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1386603733976285133

[caption id="attachment_282907" align="aligncenter" width="620" caption="gambar rancangan gereja katedral pontianak (sumber: http://forumm.wgaul.com/showthread.php?t=113261)"][/caption]

Sedikit terhenyak dan mengernyitkan dahi ketika membuka beranda facebookku. Ada salah satu sahabat yang mengirimkan berita FPI mempermasalahkan pembangunan Katedral Pontianak. Dalam berita tersebut, disebutkan bahwa FPI Kalimantan mempermasalahkan bangunan gereja tersebut karena meniru gaya bangunan Masjid. Karena penasaran, saya pun meluncur ke TKP. Ternyata saya dibawa masuk ke Grup Dukungan untuk FPI “Indonesia tanpa JIL”.

Betapa kaget saya ketika membaca kalimat kedua dalam thread tersebut “Islam Tidak Akan Pernah Mencari Masalah Kalau Musuhnya Tidak Cari Gara-Gara !!!” Sebuah kalimat yang luar biasa. Saya memiliki banyak sahabat Muslim. Tetapi, dari sahabat-sahabat tersebut saya banyak berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai perilaku beragama. Apakah Katolik (diwakili oleh bangunan gereja Katedral Pontianak) telah dianggap sebagai musuh karena mencari gara-gara (dengan membangun gereja berkubah)?

Karena penasaran, akhirnya saya mencari banyak informasi tentang hubungan kubah yang menghiasai bangunan gereja dan Masjid. Saya pun berselancar mencari informasi lebih jauh. Dalam penelusuran tersebut saya menemukan pandangan Imam Besar Masjid Istiqlal, Ali Mustafa Yakub. Menurutnya, masjid beratap kubah itu mengadopsi bentuk kubah dari gereja Aya Sofya di Istanbul, Turki.

Atas informasi tersebut, saya pun mencari informasi tentang gereja Aya Sofya. Ternyata sudah ada yang membuat reportase tentang bangunan tersebut di SINI. Menurut artikel tersebut, mulanya adalah bangunan gereja yang menggunakan kubah. Selesai dibangun pada tahun 537. Pada tahun 1453, bangunan gereja itu diambil alih menjadi Masjid seiring jatuhnya Konstantinopel ke tangan Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih. Sejak tahun 1953, bangunan tersebut difungsikan sebagai museum.

Data tersebut belum menunjukkan kepada saya kapan pertama kali model kubah digunakan. Rupa-rupanya, ada banyak diskusi mengenai kapan munculnya model kubah dalam arsitektur bangunan. Ada yang mengatakan model kubah dipakai pertama kali sekitar 6000 tahun silam. Mesopotamialah yang menjadi pelopornya.

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa model kubah digunakan pertama kali sekitar tahun 100 M. Salah satunya adalah bangunan kuil di kota Roma yang dibangun oleh raja Hadria pada tahun 118-128 M.

Dalam penelusuran tersebut, saya menyimpulkan bahwa model kubah sudah ada jauh sebelum Islam berdiri. Soal kapan persisnya, tinjauan historis bisa menjadi salah satu cara untuk mengetahuinya. Ada beberapa diskusi dan pendapat soal kapan pertama kali model kubah muncul dalah khasanah arsitektur.

Dengan demikian, menjadi aneh ketika bangunan gereja Katedral Pontianak yang mengadopsi model kubah diklaim sebagai meniru kubah Masjid. Sementara, bangunan masjid pertama yang menggunakan model kubah adalah Masjid Ummar di Yerusalem. Masjid ini dibangun saat khalifah Abdul Malik berkuasa (685-688). Klaim tersebut menjadi aneh ketika model kubah sendiri sudah ada lebih dahulu. Model kubah sendiri tidak hanya digunakan untuk bangunan gereja, tetapi juga dipakai untuk bangunan yang lain.

Kiranya sebuah bukti historis tersebut sudah meruntuhkan klaim bangunan gereja Katedral Pontianak meniru gaya bangunan Masjid. Sejarah telah membuktikan bahwa model kubah telah lebih dahulu digunakan. Sejarah tidak pernah bohong, kecuali sejarah itu telah dibelokkan untuk kepentingan tertentu.

Bagaimana mungkin sesuatu yang sudah ada meniru sesuatu yang belum ada? Hanya dengan berpikiran jernih dan luas, maka kita akan mampu melihat sebuah persoalan dengan lebih arif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun