Mohon tunggu...
yswitopr
yswitopr Mohon Tunggu... lainnya -

....yang gelisah karena sapaan Sang Cinta dan sedang dalam perjalanan mencari Sang Cinta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Candi Retno, Potensi Wisata yang Tersisihkan

25 Februari 2012   02:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:59 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_163235" align="aligncenter" width="630" caption="situs candi retno "][/caption]

Dalam perjalanan menuju Grabag, Magelang, saya membaca sebuah petunjuk jalan: Candi Retno. Saya baru pertama kami tahu ada candi di sekitar tempat itu. Karena tertarik, saya membelokkan arah sepeda motor mengikuti arah petunjuk. Setelah sekian lama, saya bertanya kepada salah seorang penduduk desa dan ditunjukkan letak candi yang diduga peninggalan Kerajaan Mataram itu. Letak candi itu tidak begitu terlihat karena terletak di bawah rerimbunan pohon bambu di belakang rumah salah satu penduduk. Ada pagar berduri yang mengelilingi situs Candi Retno.

[caption id="attachment_163236" align="aligncenter" width="432" caption="candi yang terbuat dari batu andesit"]

13301359321029252090
13301359321029252090
[/caption]

Ada yang berbeda ketika berada di kompleks situs ini. Kalau kita menelusur candi-candi yang ada di Jawa Tengah, kita akan menjumpai candi-candi yang terbuat dari batu andesit. Bebatuan andesit yang digunakan sebagai bahan dasar ini menjadikan candi-candi itu tahan lama. Bahkan, tertimbun material puluhan tahun pun masih bisa bertahan. Secara mudahnya, batu andesit adalah batu gunung yang bisa berupa batuan gunung atau bongkahan batuan sungai. Sebenarnya, batuan andesit terbentuk dari pembekuan magma di permukaan. Karena sifatnya yang keras, batu andesit banyak dipakai sebagai bahan bangunan atau pondasi jalan. Ada juga yang menggunakannya sebagai kerajinan.

[caption id="attachment_163237" align="aligncenter" width="540" caption="Tumpukan-tumpukan batu itu membentuk bilik-bilik yang berbeda ukuran satu sama lain"]

13301360141656612528
13301360141656612528
[/caption]

Hal itu yang tidak kita jumpai di kompleks situs candi Retno. Situs yang terletak di Dusun Bandungan, Candiretno, Secang, Kabupaten Magelang tersebut terbentuk dari lempengan-lempengan batu bata berukuran besar. Bagian pondasi masih terlihat, sementara bentuk bangunannya hanya berupa tumpukan batu-batu yang tidak tertata dengan rapi. Tumpukan-tumpukan batu itu membentuk bilik-bilik yang berbeda ukuran satu sama lain. Batu-batu bata itu pun sudah dipenuhi dengan lumut. Faktor bahan dasar batu bata inilah yang kemungkinan besar menjadikan umur candi ini demikian singkat.

Ketika diadakan penggalian sekitar tahun 1979nan, ditemukan beberapa arca yang berbentuk hewan. Misalnya ganesha. Arca-arca itu terkubur dalam bilik-bilik yang ada di dalam candi. Bilik-bilik itu masih terlihat dari tumpukan-tumpukan batu bata yang tersisa. “Arca-arca itu sudah tidak ada di sini. Arca-arca itu sudah diboyong ke Prambanan,” tutur Pak Ruwadi, penjaga Candi Retno. Satu-satunya yang tertinggal adalah sebuah yoni. Keberadaan arca, lingga dan Yoni menjadikan pertanda bahwa candi ini merupakan peninggalan Hindu.

Pria berusia 62 tahun itu menuturkan bahwa dahulu di sekitar desa Candiretno banyak ditemukan arca atau patung. Arca-arca itu tersebar di beberapa titik. Entah dimana sekarang keberadaannya, Pak Ruwadi tidak mengetahui persis. Memang di kompleks candi Retno ini sama sekali tidak ada arca yang tertinggal. Yang ada hanyalah antefiks yang tersebar di beberapa bagian. Batu-batu antefiks itu pun sudah dalam keadaan rusak. Antefik-antefik tersebut berupa potongan batu. Meski telah mengalami kerusakan, bentuk dasarnya masih kelihatan. Ornamen yang tampak kelihatan unik. Saya sendiri tidak bisa memastikan, ukiran apakah yang hendak ditampilkan dalam antefiks-antefiks itu.

[caption id="attachment_163238" align="aligncenter" width="432" caption="salah satu antefiks yang tertinggal"]

13301360871096696398
13301360871096696398
[/caption]

“Saya di sini itu hanya disuruh menjaga situs ini. Kalau ada apa-apa diminta untuk ngomong. Pernah saya minta pembersih lumut, sudah jauh-jauh ke sana ee malah dijawab tidak ada bahan. Sejak saat itu saya tidak pernah minta lagi,” keluh Pak Ruwadi. Menjaga dan merawat warisan budaya nenek moyang memang tidak mudah. Selain ulah tangan-tangan jahil manusia yang tidak mampu menghargai hasil budaya leluhur, perhatian pemerintah rasanya masih kurang. Utamanya atas warisan-warisan budaya yang tidak menghasilkan pemasukan. Kiranya patut dipertanyakan komitmen pemerintah untuk menjaga dan melestarikan hasil budaya warisan leluhur.

Termasuk perhatian atas situs candi Retno ini. Buktinya, dalam perjalanan pulang saya menjumpai lingga yoni yang tertanam di sebuah pematang sawah. Lingga yoni ini dibiarkan begitu saja. Padahal tempat keberadaan lingga yoni ini sangat dekat dengan jalan raya. Bahkan, banyak masyarakat yang masih belum mengerti itu benda apa. Menurut penuturan Pak Ruwadi, masih ada beberapa titik keberadaan lingga yoni ini. Ada yoni yang tergeletak di tengah sawah. Ada yang tergolek di tengah-tengah-tengah makam. Ada juga yang tergeletak di depan rumah salah satu rumah penduduk. Inikah pertanda tidak adanya perhatian untuk menjaga warisan budaya?

[caption id="attachment_163239" align="aligncenter" width="432" caption="lingga yoni di pematang sawah"]

13301361501352695156
13301361501352695156
[/caption]

Keberadaan candi Retno sebenarnya menarik untuk dikembangkan menjadi sebuah obyek wisata. Kuncinya terletak pada pengelolaan dan konsep penataannya. Salah satu daya tarik yang bisa dijual adalah letaknya yang masih di alam pedesaan. Sepanjang jalan menuju ke lokasi, hamparan sawah di sisi kanan dan kiri jalan. Di sebelah Barat, gunung Sindoro dan Sumbing berdiri gagah. Sementara di sisi Timur, tampak kokoh gunung Merbabu dan Merapi. Keindahan alam dan masih asri selalu memiliki daya tarik tersendiri, utamanya bagi turis manca negara.

Akses jalan menuju ke desa Candiretno sudah bagus. Sekita 1 km saja pada pengunjung akan melewati jalan corblock dan jalanan berbatu yang tertata rapi. Kondisi jalan ini justru semakin menunjukkan keasrian sebuah desa.

[caption id="attachment_163240" align="aligncenter" width="432" caption="akses jalan menuju lokasi candi retno"]

13301362001766338179
13301362001766338179
[/caption]

Selain obyek candi, dapat dikembangkan aneka bentuk permainan petualangan untuk anak-anak sekolah sekaligus belajar tinggal di alam pedesaan. Ini bisa menjadi salah satu alternatif pendidikan humaniora bagi pelajar. Pengelolaan seperti ini dapat berpengaruh positif bagi perkembangan ekonomi masyarakat. Candi Retno yang selama ini tersisihkan dapat menjadi ikon desa yang berdaya guna bagi masyarakat. Yang penting adalah bagaimana menangkap potensi dan mengembangkannya menjadi aset yang bermanfaat bagi masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun