[caption id="attachment_112671" align="alignleft" width="630" caption="Salam Maria penuh ramat, Tuhan sertamu..."][/caption]
Bunda Maria adalah nama yang tidak asing bagi umat kristiani. Nama ini demikian mengakar dalam benak mereka. Berbagai bentuk kebaktian kepadanya beraneka ragam. Salah satu bentuk penghormatan yang biasa dilakukan adalah mengadakan perjalanan ziarah ke gua Maria. Salah satu tempat yang layak disebut adalah Gua Maria Marganingsih. Gua Maria ini berada di Dukuh Ngaren, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Berjarak sekitar 10 km dari pertigaan Bendogantungan Klaten. Kalau sudah sampai di Desa Wisata Kerajinan Gerabah Melikan, tinggal satu kali ambil napas, sampailah di Gua Maria Marganingsih. Tulisan besar Gua Maria Marganingsih terpampang di pintu gerbangnya.
Keberadaan Gua Maria Marganingsih tidak terlepas dari peran Bunda Maria sebagai perantara doa. “Gua Maria Marganingsih ini dulunya merupakan milik pribadi. Kala itu Bapak Somowiharjo dan istrinya lama belum dikaruniai putra. Mereka kemudian laku ziarah dengan berjalan kaki dari sini ke Gua Maria Sendangsono. Jaraknya sekitar 50 kilometer. Laku ziarah ini berhasil dan beliau diberi enam keturunan,” kata Mariyo, pengelola Gua Maria Marganingsih.
[caption id="attachment_112672" align="alignleft" width="630" caption="lokasi di tepi jalan raya"][/caption]
Kompleks Gua Maria yang memiliki luas 3.875 m2 ini dibangun pada tahun 1950. 10 tahun kemudian, gua Maria yang masih sederhana itu diberkati oleh pastur Gregorius Utomo Pr. Seiring perkembangan, jumlah pengunjung di gua Maria ini semakin bertambah. Hal ini tidak terlepas dari mudahnya akses ke lokasi Gua Maria yang terletak di jalan raya Klaten-Bayat-Cawas ini. Mulai tahun 1994, kompleks Gua Maria Marganingsih ini mulai direnovasi. Mengingat kompleks gua ini terletak di lereng bukit, maka gaya arsitektur disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Jalan-jalan setapak dibuat melingkar sesuai dengan kontur lerengnya. Ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para peziarah.
Selepas gapura masuk, para peziarah sudah disuguhi nuansa doa. Jalan salib telah menunggu. Jalan salib merupakan bentuk penghormatan atas peristiwa penyaliban Yesus di puncak golgota. Ada 14 perhentian dengan doa dan permenungan yang berbeda-beda. Keunikan jalan salib di Gua Maria Marganingsih adalah perjalanan yang mengikuti kontur perbukitan mengelilingi kompleks Gua. Jika tidak ingin melakukan ritus ini, para peziarah dapat langsung menuju gua dan berdoa disana.
[caption id="attachment_112673" align="aligncenter" width="630" caption="bertekun dalam doa"][/caption]
Di bawah rindangnya pepohonan besar yang menaungi kompleks gua ini, para peziarah diajak untuk diam sejenak, mensyukuri rahmat Allah, dan memuji keagungan-Nya. Nuansa yang tercipta menggetarkan jiwa. Rindangnya pepohonan menciptaan suasana kedamaian dan ketenangan. Setiap peziarah yang datang ke tempat ini pasti akan mengamini aura kedamaian yang terpancar dari kompleks gua ini. Tidak mengherankan jika muncul perasaan enggan untuk beranjak dari tempat duduk.
“Kami datang ke tempat ini berombongan. Ada 2 bus dan 1 mobil pribadi. Jauh dari Magelang, kami datang ke tempat ini untuk menikmati suasana kedamaian di tempat ini. Kami juga ingin menyampaian rasa syukur dan permohonan kami melaui perantaraan Bunda Maria” ungkap salah seorang peziarah yang datang ke Gua Maria Marganingsih. “ Meski kompleks Gua Maria ini kecil, tapi sangat menyenangkan. Hati kami terasa damai di tempat ini,” sambungnya.
Atas kebesaran hati keluarga besar Max Somowiharjo, kompleks Gua Maria Marganingsih ini dihibahkan kepada Keuskupan Agung Semarang pada 17 September 2002. Kemudian kompleks Gua Maria ini diberkati oleh Mgr Suharyo pada 27 Oktober 2002. Keberadaan Gua Maria Marganingsih turut menyumbang bagi bertumbuhnya benih iman. Kedamaian yang terpancar bukan saja menyegarkan pada peziarah, tapi juga menjadi oase bagi masyarakat yang semakin hari semakin mengalami krisis jati diri.
[caption id="attachment_112674" align="alignleft" width="630" caption="keteduhan jalan salib"][/caption]
Itulah makna nama Marganingsih, yaitu jalan untuk mencapai atau mendapatkan rahmat. Di tempat yang teduh ini, para peziarah diajak untuk bermenung dan sekaligus menyadari keagungan Allah, sang sumber rahmat. Rahmat Allah telah nyata bagi keluarga Max Somowiharjo. Pengalaman rahmat itu ditandai dengan keberadaan kompleks Gua Maria Marganingsih ini. Pengalaman rahmat itu ingin dibagikan. Dan kini, perutusan untuk mewartakan rahmat Allah itu ada di pundak siapa pun yang datang ke tempat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H