Mohon tunggu...
yswitopr
yswitopr Mohon Tunggu... lainnya -

....yang gelisah karena sapaan Sang Cinta dan sedang dalam perjalanan mencari Sang Cinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aksi Lahar Dingin Merapi Bikin Merinding

12 Januari 2011   01:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:41 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa erupsi Gunung Merapi telah berlalu. Tarikan nafas lega. Aneka prediksi dan ramalan mengerikan tidak terjadi. Untuk sementara waktu, Merapi mulai tidur dan kembali ke rutinitas semula. Hiruk pikuk masyarakat untuk menata kehidupan dimulai. Aneka program recovery dilakukan. Semangat hidup kembali tumbuh setelah menyaksikan luluh lantaknya sumber penghasilan karena erupsi merapi.

1294790793951217875
1294790793951217875
Selesaikah? Ternyata belum berakhir. Bahaya masih mengancam. Bukan bahaya erupsi merapi, melainkan bahaya sekunder lahar dingin dari gunung Merapi. Muntahan lahar dingin hasil erupsi sewaktu-waktu dapat meluncur ke bawah tanpa terkontrol.

1294795988165804929
1294795988165804929
Terasa ironis, sementara bantuan untuk korban terdampak langsung erupsi masih terus mengalir, namun par akorban sekunder gunung merapi seolah tak tersentuh. Masyarakat yang pada saat erupsi merapi menjadi tempat pelarian para korban erupsi, kini menjadi korban langsung. Ratusan penduduk kehilangan rumah tinggal karena tersapu lahar dingin. Bukan hanya rumah, lahan pertanian pun luluh lantak diterjang lahar dingin. Tak lagi tersisa selain pengharapan bahwa semuanya akan berakhir dan kehidupan kembali berjalan normal.

12947962291423369330
12947962291423369330
Lahar dingin Merapi beraksi. Bukan hanya harta benda masyarakat yang menjadi sasaran. Akses-akses masyarakat diluluhlantakkan, terutama jalan dan jembatan. Rusaknya fasilitas ini jelas semakin melumpuhkan kehidupan masyarakat. Seperti yang terjadi di sepanjang aliran sungai Putih, Muntilan. Banjir lahar dingin telah terjadi sebanyak 4 kali. Semakin hari, volume semakin besar. Tidak hanya melanda seputaran Pasar Jumoyo. Jika kita masuk lebih ke dalam, Dusun Sirahan, kita akan menjumpai pemandangan yang mengerikan. Ratusan rumah terendam. Lahan pertanian luluh lantak. Akses jalan terputus total. Hingga kemarin siang, berbagai harta benda masyarakat [mobil, motor] masih terendam lumpur dan pasir karena belum bisa terevakuasi.

1294796405873447855
1294796405873447855
Di balik peristiwa, ada makna untuk direnungkan. Bukan untuk dijadikan wisata, tapi mereka membutuhkan uluran tangan dan perhatian dari kita, sesamanya.

1294796476256749036
1294796476256749036

1294796806138162484
1294796806138162484

1294796947871137577
1294796947871137577

12947972011786294898
12947972011786294898

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun