Mohon tunggu...
yswitopr
yswitopr Mohon Tunggu... lainnya -

....yang gelisah karena sapaan Sang Cinta dan sedang dalam perjalanan mencari Sang Cinta

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kentut dan Pilpres

8 Juli 2014   21:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:59 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14048028011051930741

[caption id="attachment_314547" align="aligncenter" width="620" caption="awasi proses pilpres!"][/caption]

Entah mengapa kata ini tiba-tiba memenuhi kepalaku. Ya, kata kentut dan pilpres. Saya berpikir keras untuk mencoba mencari titik temu atas keduanya. Apakah ada hubungan kentut dan pilpres?

Bagi sebagian orang, kentut itu menjadi sesuatu yang memalukan. Ketahuan kentut bisa diolok-olok ga ada habisnya. Apalagi jika kentutnya itu baunya minta ampun. Bagi sebagain yang lain, kentut bisa menjadi sebuah berkat luar biasa. Kalau tidak kentut, bisa bahaya. Masuk rumah sakit. Kentut memang tidak terlihat, namun bisa dikenali dari efeknya: suara atau baunya. Ada kentut yang bunyinya keras. Ada yang tidak berbunyi. Ada kentut yang ga meninggalkan bau. Banyak yang meninggalkan bau menyengat.

Rabu, 9 Juli 2014, akan menjadi saksi sejarah pemilihan presiden yang melibatkan dua calon. Setelah masing-masing calon berkampanye, besuk masyarakat Indonesia akan memilih. Warga Indonesia yang berada di luar negeri telah melakukan pemilihannya.

Sudah sejak sebelum kampanye resmi, berbagai bentuk kampanye dibuat dan terjadi, baik kampanye yang mengangkat sisi positif pilihannya atau pun kampanye yang menyerang lawannya. Membaca bangsa Indonesia, kita bisa menemukan sebuah benang merah: berada di posisi tertindas akan menguntungkan karena memudahkan orang untuk bersimpati dan kemudian memilihnya. Ada banyak contoh bisa disebut, namun intinya ketertindasan memancing naluri alamiah manusia untuk kemudian turun dan menolong. Simpati kepada yang tertindas mudah tumbuh.

Siapa yang tertindas dan siapa yang menindas? Nah, pada bagian inilah kata kentut memiliki arti dan makna. Di bagian awal, saya sudah mengatakan bahwa kentut itu halus, namun efeknya bisa demikian luar biasa. Berbagai teori dan pandangan mengenai tertindas dan menindas ini telah banyak dibuat. Bukan hanya dibuat, namun sungguh diyakini kebenarannya. Ada banyak cara dibuat sehingga berada dalam posisi tertindas demi meneguk simpati masyarakat sebanyak-banyaknya. Sejatinya tertindas atau menindas itu hanyalah soal sudut pandang dan bagaimana menyakinkan posisinya itu pada khalayak umum.

Dalam konteks inilah, kentut sering dicontoh. Bagaimana memposisikan diri sebagai yang tertindas, namun tidak terlihat. Efeknya bisa luar biasa. Dalam banyak kesempatan, saya membaca dan mengamati aneka trik kentut ini sudah terjadi dan dibuat. Yang sering terjadi adalah seperti ini: orang calon 1, didandani atribut 2, dan melakukan tindakan yang menyimpang dari undang-undang pemilu. Akibatnya apa? Simpati akan mengalir ke calon 1. Sebaliknya juga demikian, orang calon 2, didandani atribut 1. Masyarakat dengan mudah bersimpati pada calon 2. Hal berikutnya adalah menjelekkan lawan. Apa pun yang dilakukan oleh lawan diserang untuk mempengaruhi orang lain.

Contohnya: beredar surat dari salah satu calon ke para guru. Siapa yang membuatnya? Tergantung siapa yang menjawabnya dan untuk kepentingan apa. Bagi kubu calon tentu akan mengatakan kalau itu dibuat kubu lawan untuk menjatuhkan. Dibuat supaya masyarakat percaya. Jadilah posisi tertindas ada di pihak salah satu calon yang mengirimkan surat itu. Contoh lain, beredar isu kalau salah satu calon beragama minoritas. Siapa yang menghembuskannya? Tergantung siapa yang menjawabnya dan untuk kepentingan apa. Karena posisi tertindas menjadi posisi yang paling menguntungkan, kedua calon berlomba-lomba untuk mendapatkan posisi terhormat itu demi meraih kemenangan.

Yang paling membahayakan adalah tindakan-tindakan yang sama persis dengan karakter kentut: hanya bisa diendus baunya, tetapi tidak bisa dipastikan barangnya. Biasanya ini berada pada level tingkat tinggi. Inilah yang paling berbahaya karena akan menjadi demikian sulit untuk dibuktikan. Demi memenangkan calon pilihannya, apa pun bisa dibuat dan dilakukan.

Dalam konteks pilpres, potensi ini perlu diperhatikan dan diwaspadai. Jangan biarkan ada hembusan kentut yang berbau menyengat. Jangan biarkan ada kekuatan-kekuatan yang menghembuskan isu-isu tak masuk akal hanya untuk menyembunyikan gerakan yang telah dirancang. Untuk calon manapun, menanggapi dengan emosial justru akan menguntungkan lawan. Tak perlulah saling menyerang, apapun alasan dan motifnya. Biarkan orang lain menyerang dan menggali lubangnya sendiri. Apalagi saat ini sudah masuk hari-hari tenang. Jadi berhati-hatilah. Dengan demikian, kita akan semakin menjadi pemilih-pemilih cerdas demi Indonesia yang lebih beradab.

Pilpres tidak hanya berhenti sampai 9 juli. Pilpres baru selesai setelah ada hasil resmi dari KPU.

Mgr Johannes Pujasumarta, Uskup Keuskupan Agung Semang, dalam suratnya mengajak untuk mewaspadai upaya-upaya yang bisa mengancam proses demokrasi. Salah satunya adalah “adanya ulah pihak-pihak tertentu yang dengan tujuan meraih kemenangan telah melakukan tindakan yang merusak proses demokrasi dengan melakukan perbuatan-perbuatan tidak terpuji dan menghalalkan segala cara.” Inilah tugas kita bersama untuk mengawalnya. Kita berusaha untuk memastikan bahwa tidak ada kecurangan dalam proses pilpres ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun