Mohon tunggu...
Nayla Yasmin
Nayla Yasmin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - siswi

tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tari Saman sebagai Media Dakwah

6 Agustus 2024   16:34 Diperbarui: 6 Agustus 2024   16:37 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tari merupakan salah satu aset budaya yang paling beragam di Indonesia. Tari ada yang merupakan budaya asli Indonesia yang berasal dari akulturasi jejak religius di Indonesia seperti Hinduisme, Buddhisme dan Islam (Arab). Keunikan tiap-tiap tari di daerah ini membawa pesona yang memberi keindahan budaya Indonesia, sekaligus menjadi identitas bagi suatu daerah atau suku bangsa pendukung karya budaya tersebut. Masyarakat Aceh mempunyai kebudayaan dan kesenian masing-masing yang masih dipelihara oleh masyarakatnya. Salah satunya tari saman yang masih sering kali dipentaskan dalam rangkaian upacara adat, perayaan budaya, atau acara-acara penting lainnya. Tari Saman adalah sebuah kesenian tradisional yang berasal dari suku Gayo di Provinsi Aceh, Indonesia. Tarian ini memiliki ciri khas gerakan yang dinamis dan energik, diiringi dengan nyanyian dan tepukan tangan yang disinkronkan.

Pada awalnya, tarian ini merupakan sebuah Permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Ditambah dengan iringan syair-syair yang berisi pujian-pujian kepada Allah SWT serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Pada saat itu Tari Saman digunakan sebagai media Dakwah oleh para ulama dan biasanya ditampilkan untuk acara tertentu. Gerakan yang dinamis dan gesit merupakan ciri khas utama yang membuat tari saman dikenal oleh dunia. Gerakan serba cepat dan koordinasi yang presisi antara penari menambahkan kekuatan visual pada pertunjukan, menciptakan pengalaman yang mengagumkan bagi penonton.

Tari Saman menggunakan nyanyian vokal tanpa alat musik serta tepukan tangan yang sinkron menghasilkan harmoni yang menggetarkan jiwa. Kekompakan antara nyanyian, tepukan, dan gerakan tangan menciptakan kesan kekompakan dan kebersamaan yang kuat di antara para penari, sekaligus memberikan pesona tersendiri bagi penonton. Tari Saman sering dibawakan oleh sejumlah penari, biasanya antara 13 hingga 21 orang, dengan jumlah yang ganjil untuk memudahkan koordinasi gerakan. Penyajian tari Saman melibatkan beberapa posisi, seperti Pengangkat/Syekh, pengapit, penupang, dan penyempit atau pengunci, yang bertugas untuk mengatur gerakan.

Tari Saman memiliki banyak makna yang terkandung di dalamnya, yang melampaui sekadar gerakan tubuh dan melodi yang mengiringinya. Salah satu makna yang kuat adalah nilai Keagamaan. 

Sejak awal, tarian ini dipertunjukkan oleh individu yang memiliki pemahaman mendalam tentang agama, dan sering digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan dakwah Islam. Nilai keagamaan tercermin dalam syair yang dinyanyikan selama pertunjukan, dengan kalimat seperti "Tiada Tuhan Selain Allah", yang merupakan ungkapan pembenaran akan kehadiran Tuhan dalam keyakinan Islam.

Banyak orang yang belum bisa membedakan Tari Saman dan Tari Ratoh Jaroe. Tari Saman dan Tari Ratoh Jaroe merupakan dua tarian khas Aceh yang dianggap serupa, tetapi sebenarnya masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda. Tarian Ratoh Jaroe sering dianggap Tari Saman karena gerakan yang hampir serupa. Namun, ternyata banyak perbedaan antara Tari Ratoh Jaroe dan Tari Saman. Dari segi musik, kostum, bahasa, penari dan makna yang terkandung di dalamnya. Penari saman dilakukan dengan laki -- laki, sedangkan ratoh jaroe hanya dilakukan oleh perempuan.

Oleh karena itu, makna dari kedua tarian ini berbeda. Tari Saman sebagai perantara keagamaan dan mencerminkan sopan santun serta kepahlawanan. Tari Ratoh Jaroe adalah interpretasi dari semangat perempuan Aceh yang dikenal tangguh, kuat, dan memiliki tekad berani yang sudah dikenal sejak masa yang lampau. Biasanya tarian ratoh jaroe dibawakan secara berkelompok oleh penari perempuan dan berjumlah genap. Sedangkan Tari Saman dibawakan oleh penari laki-laki berjumlah ganjil yang terkadang juga dibawakan oleh wanita.

Pembukaan Tari Saman yang dikenal sebagai "Saleum" juga merupakan bagian dari penghormatan dan kesopanan dalam konteks agama. Selain itu, Tari Saman juga mengandung nilai sopan santun yang sangat dihargai. Sopan santun tercermin dalam gerakan serta perkataan yang diungkapkan oleh para penari. Tari Saman juga mengandung nilai kepahlawanan. Gerakan yang semakin cepat seiring dengan teriakan yang menyemangati menunjukkan semangat dan keberanian penari. Tarian ini mencerminkan semangat kepahlawanan dalam menghadapi tantangan dan kesulitan.

Dengan demikian, Tari Saman bukan sekadar sebuah pertunjukan, tetapi juga sebuah medium yang kaya akan nilai-nilai keagamaan, sopan santun, disiplin, estetika, dan kepahlawanan yang memperkaya budaya dan tradisi masyarakat. Tari Saman sudah mendunia dan ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2011 sebagai warisan budaya tak benda.  Selain dipakai untuk pembukaan di acara penting, Tari Saman juga dipakai untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Butuh waktu yang lama untuk berlatih Tari Saman hingga mencapai kekompakan dan keselarasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun