Mohon tunggu...
Yesi Darasita
Yesi Darasita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jurusan Akuntansi Kelas A

ISFJ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengembangan Usaha Mikro Kerupuk dan Otak-Otak Ikan Mujair di Lamongan: Program Qaryah Thayyibah 2024 sebagai Penggerak Ekonomi Lokal

20 September 2024   15:26 Diperbarui: 21 September 2024   07:58 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendampingan Usaha Mikro Kerupuk dan Otak-Otak Ikan Mujair Desa Dukuh Tunggal Kec. Glagah Kab. Lamongan (dokpri)

Kecamatan Glagah di Kabupaten Lamongan dikenal sebagai salah satu kawasan budidaya ikan terbesar di wilayah ini, dengan luas lahan tambak mencapai 3.210.000 m dan lahan sawah tambak seluas 38.563.500 m pada tahun 2021. Potensi besar ini membuka peluang bagi Desa Dukuh Tunggal, kawasan utama budidaya ikan di Kecamatan Glagah, untuk mengembangkan industri pengolahan produk perikanan skala rumah tangga, terutama produk berbasis ikan mujair.

Dalam rangka memanfaatkan potensi ekonomi lokal, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang melalui program "UIN Mengabdi Qaryah Thayyibah" (QT) menginisiasi pendampingan bagi perempuan di Desa Dukuh Tunggal pada 4-5 Mei 2024. Fokus program ini adalah pemberdayaan ekonomi lokal melalui pendampingan kelompok PKK dalam produksi dan manajemen usaha kerupuk serta otak-otak ikan mujair. Menggunakan pendekatan Asset-Based Community Development (ABCD), tim pengabdi yang terdiri dari Bisri Mustofa, Mubasyiroh, dan Makhiulil Kirom, bertujuan meningkatkan keterampilan peserta dalam mengembangkan usaha mereka.

Acara ini dihadiri oleh 15 perempuan dari kelompok 10 PKK dan dilaksanakan di rumah Ibu Ummul Bariyah, salah satu peserta program. Kegiatan dimulai dengan survei dan perizinan oleh peserta program QT, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan intensif serta monitoring dan evaluasi.

Dua narasumber, Badrul Huda, S.Pi, yang ahli dalam pengolahan ikan, dan David Nurcholis, yang berfokus pada manajemen usaha, memberikan materi yang komprehensif. Badrul Huda menyampaikan tentang aspek produksi ikan mujair, mulai dari identifikasi ikan segar, pemilihan bahan baku, hingga proses pengemasan dan penyimpanan produk. Ia juga memberikan demonstrasi langsung tentang tahapan pembuatan kerupuk dan otak-otak ikan mujair. Sementara itu, David Nurcholis memberikan pemahaman mendalam tentang manajemen usaha, termasuk penetapan harga jual, pembukuan keuangan, dan strategi pemasaran online.

Program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis tetapi juga memperkuat branding dan identitas produk kerupuk dan otak-otak ikan mujair sebagai produk unggulan khas Desa Dukuh Tunggal. Dengan upaya ini, diharapkan desa ini dapat dikenal sebagai sentra kuliner berbasis ikan mujair yang berdaya saing di pasar lokal maupun regional, sekaligus memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian desa.

Harapannya, usaha mikro yang dikembangkan melalui program ini dapat terus tumbuh dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat setempat, khususnya bagi para perempuan yang menjadi tulang punggung perekonomian keluarga. Dengan peningkatan pendapatan keluarga, program ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Dukuh Tunggal secara keseluruhan.

Produk Otak-Otak dan Kerupuk Ikan Mujair Sesudah Pendampingan (dokpri)
Produk Otak-Otak dan Kerupuk Ikan Mujair Sesudah Pendampingan (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun