Mohon tunggu...
Yeni Sahnaz
Yeni Sahnaz Mohon Tunggu... Penulis - Junior

Seorang lansia yang senang bertualang di belantara kata-kata dan tidak suka pakai kacamata kuda dalam menyelami makna kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Satrio Wibowo Toreh Prestasi secara Otodidak

12 Februari 2010   10:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:57 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PernahkahAnda membayangkan hidup di dunia lain yang memiliki teknologi jauh lebih tinggi serta dimensi kehidupan yang berbeda dengan dunia nyata? Seorang remaja usia 15 bernama Satrio Wibowo (Bowo) mengajak kita bertualang hingga mencapai batas imajinasi tertinggi lewat novel karyanya yang dibuat dalam bahasa Inggris lebih dari 450 halaman saat ia berusia 12 kemudian diterjemahkan berjudul “ THE CHRONICLES OFWILLY FLARKIES :Petualangan Memasuki Dunia Upside Down.” Buku ini baru saja hadir di toko buku, berkisah tentang petualangan seorang remaja bernama Willy Flarkies di dunia lain yang menghadapi berbagai masalah kehidupan namun Ia berjuang menyelesaikan setiap persoalandengan sikap optimis hingga mencapai keberhasilan. Meskipun penulisnya seorang remaja dengan asyik Bowo menuangkan cerita dengan berbagai sensasi rasa mulai dari sedih, kocak, seram hingga futuris sambil disisipi pesan moral dan filosofi hidup mulai dari arti persahabatan, relasi orangtua dan anak, bahaya radiasi, unsure penunjang perubahan iklim global hingga carut marut dunia pendidikan.

Ada sesuatu yang unik dalam proses kreatif remaja yang masih duduk di bangku kelas IX sebuah SMPN Bogor ini. Ia tidak pernah kursus bahasa, bergaul dengan orang asing atau tinggal di mancanegara namun Ia dapat berbicara dengan fasih dan menulis dengan ekspresif dalam bahasa Inggris tanpa ada yang mengajari begitu juga saat menulis tanpa pernah dikonsep. Konon ini salah satu ciri sifat anak Indigo yang kerap memiliki keahlian tanpa pernah ada yang mengajari (serendipity). Sayangnya belum ada Penerbit yang berani menerbitkan bukunya dalam bahasa Inggris karena alasan pasar. Selain menulis Bowopun senang melukis, berbagai lukisan karyanya sarat dengan pesan moral dan salah satunya mengkritisi system pendidikan di Indonesia.

Mau tahu cita-cita Bowo ke depan? “Saya tidak hanya ingin jadi penulis buku best seller dan seorang maestro, tetapi juga bisa membangun rumah singgah atau sekolah buat anak jalanan dan anak indigo lainnya,” ungkap Bowo sambil tersenyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun