Mendekap malam dalam sinar rembulan
Sepoi angin membuai insan dalam mimpi-mimpi panjang
Hening menyerap jiwa-jiwa yang terlelap dalam peraduan
Sepi mengurai lilitan benang kehidupan
Tak ada kata dalam gelapnya malam
Hanya lambaian tangan yang terayunkan
Memberhentikan mobil-mobil yang mulai jarang
Diiringi desahan napas yang mulai terasa sesak dalam setiap hembusan
Namun, tetes air mata jelita membuatnya tetap bertahan dengan senyuman
Rengekan samudra atas tunggakan iuran menjadikannya berdiri tegap
Kadang meliuk mengikuti irama nyanyian malam
Dalam terang purnama ia merintih pilu akan kehidupan
Tanpa harap ia pun tersandang sebagai kupu-kupu malam
Rupa eloknya ia jadikan umpan
Untukpara kumbang penikmat malam
Wahai malam....adakah kau dengar desah pilunya?
Kau terlalu pulas dengan lelapmu......
Hingga tiap ungkapan ceritanya kau jadikan dongeng pengantar tidur...
Angin malam...
Akankah menggoyahkan setiap hembusan
Aku menunggu terik yang mampu menggoyahkan setiap rutukku
Butiran gelembung udara pagi mampu mendekap asaku
Malam, berlalulah dalam kelam...
Setiap jengkal malam
Ingin merambah.....
Takingin menyusup dalam gelap
Tak ingin menyelundup dalam pekat
Pekat.... Menyeruak dalam asa yang sepi
Sesak nafas yang tertahan, tak bisa ia hembuskan
Adakah malam serupa pagi baginya?
Yang tak hanya menyisakan kelam?
Ditulis oleh:
Dewi Wahyu Kurniawati
Hm Zwan
Yulia Rahmawati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H