Mohon tunggu...
Yoyo Setiawan
Yoyo Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Melengkapi hidup dengan membaca dan menulis; membaca untuk menghayati betapa ruginya hidup tanpa ilmu, menulis untuk meninggalkan jejak bahwa kehidupan ini begitu berwarna.

Tenaga pendidik dunia difabel yang sunyi di pedalaman kabupaten Malang. Tempat bersahaja masih di tengah kemewahan wilayah lain. Tengok penulis kala sibuk dengan anak istimewa, selanjutnya kamu bisa menikmati pantai Ngliyep nan memesona! Temani penulis di IG: @yoyo_setiawan_79

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Suka-duka Menjadi ART di Negeri Orang

21 November 2021   05:05 Diperbarui: 21 November 2021   05:06 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Artikel Yoyo Setiawan

Ini saya tuliskan kisah adik yang pernah mencoba bekerja di Hongkong.  Kalau ada yang berbeda pendapat, sah-sah saja, ini kan hanya kisah seseorang, bukan "petunjuk kerja". Saat berangkat bangga bisa terbang ke luar negeri, saat pulang harus nestapa karena dideportasi.

Ini bukan sedang mencari siapa-salah-siapa. Tetapi sebagai pembelajaran, kenapa sampai terjadi seperti itu? Tahun 2016 seharusnya adik perempuan saya habis kontrak. Menjadi pertanyaan apakah bakal diperpanjang oleh sang majikan yang sudah menganggapnya keluarga sendiri? Ternyata 2 bulan sebelum kontrak 2 tahunannya habis, adik dilaporkan ke polisi dengan tuduhan menganbil barang majikan (fitnah majikan wanita, ditengarai dia cemburu dengan adik saya, takutnya majikan pria suka!)

Lalu apa yang terjadi? Benar, adik saya ditangkap polisi, ditahan dan akhirnya dideportasi. Salahnya di mana adik saya? Banyak pelajaran berharga di situ yang bisa saya petik:

Pertama, sebelum memastikan bekerja di luar negeri ( terutama yang bertujuan menjadi ART), ada payung hukum bagi kita dari negara yang bersangkutan. Bisa juga dari bantuan hukum konsulat jenderal yang ada di kedubes negara kita di sana.

Kedua, menjadi ART itu berat, apalagi di Indonesia. jangan sampai jadi korban fitnah. Jadi seseorang yang berniat bekerja menjadi ART ini harus benar-benar bekerja cerdas, di zaman serba digital ini harus terhubung dengan rekan sejawat dan kalau perlu belajar tentang hukum. Suatu saat menjadi korban kekerasan majikan, misalnya, maka akan tahu apa yang harus dilakukan, bukan diam saja!

Ketiga, berpenampilan profesional. Dari cara berpakaian, kalau diberi seragam itu bagus, kalau tidak  ada seragam harus berpakaian sopan. Tidak semestinya berpakaian seksi saat bekerja. Akan ada efek buruk di kemudian hari!

Keempat, ini yang tak kalah penting, rajin berdoa. Masa depan kita siapa yang tahu, jangankan itu, esok saja kita tidak tahu entah masih hidup atau tidak. Semua menjadi rahasia Tuhan. Jadi setelah bekerja maksimal maka iringi dan rajinlah berdoa. Bahkan, apabila ada pihak yang tidak menyukai kita, merencanakan & melakukan sesuatu kejahatan, dengan mujizat do a ini, kita bisa selamat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun