puing reruntuhan gedung sekolahnya. Masih jelas terasa guncangan dan jerit teman-temannya saat gempa itu terjadi. Begitu mendadak dan sekejap. Namun kekuatannya meluluh-lantakkan semuanya. Dinding roboh. Atap beserta kayu-kayu penyangganhya ambruk menimpa para siswa yang sedang belajar.
Hendra berjalan di antaraOrang-orang berlarian menuju reruntuhan. Mencari putra putrinya di antara harap dan cemas. Tangis para ibu tak terhindarkan. Hendra dikeluarkan dari reruntuhan. Ia kehilangan nafas setelah beberapa lama tertindih bongkahan dinding. Tubuhnya segera dimasukkan kantong plastik besar berwarna oranye.Â
Senja di Kamis sore itu adalah hari kelima pasca gempa. Hendra masih tertegun memandang puing-puing. Terbayang keceriaan bersama teman-temannya di dalam ruang kelas yang telah runtuh itu. Â "Hendra ... Hendra ..., cepat kembali !! Tetiba suara-suara itu memanggilnya. Sesuatu menariknya melayang dan lenyap bersama aroma kemenyan.
#pentigraf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H