Mohon tunggu...
Yoyon Supriyono
Yoyon Supriyono Mohon Tunggu... Guru - Kuli kapur

Tinggalkan jejak dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gempa

12 Desember 2023   23:34 Diperbarui: 13 Desember 2023   00:26 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hendra berjalan di antara puing reruntuhan gedung sekolahnya. Masih jelas terasa guncangan dan jerit teman-temannya saat gempa itu terjadi. Begitu mendadak dan sekejap. Namun kekuatannya meluluh-lantakkan semuanya. Dinding roboh. Atap beserta kayu-kayu penyangganhya ambruk menimpa para siswa yang sedang belajar.

Orang-orang berlarian menuju reruntuhan. Mencari putra putrinya di antara harap dan cemas. Tangis para ibu tak terhindarkan. Hendra dikeluarkan dari reruntuhan. Ia kehilangan nafas setelah beberapa lama tertindih bongkahan dinding. Tubuhnya segera dimasukkan kantong plastik besar berwarna oranye. 

Senja di Kamis sore itu adalah hari kelima pasca gempa. Hendra masih tertegun memandang puing-puing. Terbayang keceriaan bersama teman-temannya di dalam ruang kelas yang telah runtuh itu.  "Hendra ... Hendra ..., cepat kembali !! Tetiba suara-suara itu memanggilnya. Sesuatu menariknya melayang dan lenyap bersama aroma kemenyan.

#pentigraf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Mati Kutu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun