(Pentigraf)
Lodi senang sudah memiliki sendiri mainan lato-lato seperti teman-temannya. Mainan itu hadiah dari Lala, kakak perempuannya yang membelikannya di pasar online. Ketika pulang sekolah ia berjalan kaki  sembari main lato-lato bersama teman-temannya . Tangannya belum begitu lincah memainkan mainan yang lagi viral itu.  Sambil berjalan beriringan mereka adu mahir. Hentakannya menimbulkan suara berisik bagi yang mendengarnya.
Walaupun kepala Lodi pernah benjol sebesar telur puyuh terkena pentalan mainan itu, ia tidak kapok. Bahkan tiap hari ia mengundang teman-temannya bermain lato-lato bersama di teras. Lama kelamaan ibu Lodi merasa risih. Kegiatan sambilannya membuat bordir sering salah karena konsentrasinya terganggu. Ketika ibu Lodi menyuruh mereka berhenti bermain, Lodi merasa kecewa dan mengunci diri di kamar. Keesokan harinya teman-temannya kembali datang dan bermain lato-lato bersama.
Suatu malam ibu Lodi terbangun gegara mendengar suara lato-lato dimainkan begitu ramai disertai suara tawa anak-anak. Karena penasaran ia keluar kamar dan sangat terkejut saat di teras depan terlihat beberapa lato-lato berputar melayang berhentakan tanpa ada yang memegang. Â Karena shock ibu Lodi jatuh pingsan disusul suara cekikikan dan jatuhnya lato-lato ke lantai. "Bu, Bu, bangun, kenapa tidur di luar?" ayah lodi heran melihat istrinya tergeletak di teras rumah dikira tidur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H