Seni Itu?".Â
Leo Tolstoy ialah sosok yang dikenal sebagai orang sastrawan bijak yang dikenal melalui karyanya "War & Peace" dan "Anna Karenina".  Ia produktif menulis dalam serangkaian esai serta permasalahan moralitas, keadilan sosial dan agama. Hal ini mencapai puncaknya dalam karyanya "ApakahBagi Tolstoy seni Eropa sejak zaman pencerahan bukanlah seni yang sejati, tetapi seni yang palsu. Kepalsuan seni ini ditandainya dengan  sikap sopan, penipuan, sensasional, dan terlalu intelektual.  Beberapa tokoh seniman yang paling di hormati kala itu, diejeknya sebagai orang-orang yang tidak tulus, dekaden dan maniak wanita.  Bahkan konsep kecantikan diekspos sebagai obsesi manipulatif, penuh perhitungan, dan sesat dari kelas atas, yang sebagian besar dihasilkan dengan mengorbankan kelas pekerja.
"Apakah Seni Itu?" sendiri telah di rampungkannya pada tahun 1897, namun baru diterbitkan pada tahun-tahun setelahnya, karena kesulitan melewati sensor Russia.
Leo Tolstoy sebagai pengarang "Apakah Seni Itu?' banyak mengatakan bahwasanya apa yang kita lihat serta pahami tentang seni Eropa ialah sebuah kemewahan yang maknanya sangat sulit dipahami oleh masyarakat awam. Makanya daripada itu seluruh komponen yang terkait pada kesenian setelah era Rennaisance menurutnya kurang bisa dipahami oleh khalayak. Sebagai sastrawan sekaligus pengamat fenomena masyarakat Leo Tolstoy menggambarkan sebuah kesenjangan sosial yang jauh antara musik rakyat dan musik modern pada waktu itu. Lukisan-lukisan yang tertampang atau terlukis pada dinding-dinding bangunan yang megah menggambarkan sebuah manipulasi simbol. Lukisan-lukisan itu mengkekspos ketelanjangan wanita yang dibalut dengan sebuah kemegahan dan keindahan. Keindahan manipulatif itu terkespos dengan jangkauan yang sangat luas, sehingga masyarakat mengamini kebenarannya. Padahal seni yang mengacu kepada maksud, tujuan serta keindahan itu memiliki sebuah corak tersendiri. Menurutnya seni yang benar itu mengacu kepada sesuatu yang mensimbolkan keindahan rupa, gagasan dan ekspresi.  Kesemuanya keindahan itu bukan sekedar menampilkan nafas  estetika belaka, namun moralitas dan agama.
Keindahan yang disetujui oleh Leo Tolstoy ialah sebuah keindahan yang dibarengi dengan kebaikan. Serta gagasanya mampu ditangkap oleh segala lini masayarakat.Â
Dalam memaknai sebuah kesenian Leo Tolstoy juga banyak mengambil gagasan-gagasan pendahulunya yang merupakan seorang pemikir estetika seni contohnya Baumgerten, Hutcheson, Pere Andre, Burke, Solger dan banyak tokoh lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
Namun yang perlu dipahami Leo Tolstoy mengajarkan kepad kita bahwasanya keindahan bukanlah sesuatu yang sulit digapai, dipahami ataupun diterjemahkan seperti ciptaan kebanyakan seniman pada era Rennaisance, namun keindahan harus selalu diberangi dengan kebaikan. Kebaikan berkaitan dengan moralitas dan maksud gagasan pada sebuah seni. Seni yang sejati selalu tercipta dari kombinasi keindahan dan kebaikan. Menyampaikan gagasan kebaikan dalam bentuk sebuah keindahan, bukannya menyampaikan gagasan keburukan dalam tipu muslihat keindahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H