Mohon tunggu...
Yoyada Sumarto
Yoyada Sumarto Mohon Tunggu... -

Hidup itu pilihan. Tanpa adanya pilihan, apa gunanya hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lukisan Tentang Teddy Bear dan Panda #4

9 April 2014   00:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:53 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siapa dia waktu di kantin tadi ?

Keesokan hari, seusai pelajaran yang melelahkan. Aku merasa ada sesuatu yang mengganggu di perutku. Rasanya seperti sebuah unjuk rasa para mahasiswa yang berakhir tidakan anarki, dan disusul suara gemuruh. Grrrrhhh,.... rupanya itu perutku kalau sedang lapar, hahahahahaha. Lalu aku menuju sebuah kantin. Aku pesan makanan yang enak tapi pas dengan ukuran kantongku yang sering menyempit. Ahh, ini dia nasi jotos. Favorit para mahasiswa kantong sempit. Sambil makan ku buka laptop. Ku buka facebook, lalu ku login. Nasi di tangan kiri menunggu untuk disantap, sendok di tangan kanan. Hhaaaph, nasi sudah aku makan sesendok demi sesendok. Lalu habis, dan ku lanjutkan kegiatan berfacebook ria. Kulihat pemberitahuan tentang permintaan penerimaan teman baru. Dan rupanya dari si Yanti. Penasaran aku lihat fotonya. Hhm, ternyata salah satu teman seprodi Pepeng. Dan aku baru ingat, aku pernah ditanyain soal facebookku, dan meminta untuk dikonfirmasi. Kebetulan dia sedang online, langsung saja aku chat dia.

“ hai, yanti blolok....”, pesanku padanya.

Lalu dia membalas, “ heh apa teddy gondrong”.

“dasar sudah yanti, blolok lagi”, kataku, memang sedikit kasar , hhm yaa itulah aku.

Lalu dia membalas, “ biarin, biar blolok yang penting pintar,.. huakakakakakak”, tambahan emotion nyindir.

Sementara aku sedang chattingan dengan yanti, aku mendengar suara canda tapi pelan. Dan suara itu muncul ketika aku selesai mengirim pesan chatting. Aku lihat seputar kantin. Dan rupanya orang itu, si yanti blolok aku menyebutnya. Ada di sebelah luar ruangan kantin. Di antara papan mading dan tembok pembatas antara dalam dan luar kantin. Tapi aku pura – pura tidak tahu. Sementara dia tidak tahu kalau aku di dalam. Aku lanjutkan kegiatan chatingku.

“ heh, yanti blolok... pasti lagi di kantin”, jawabku.

“lha kok kamu tau??”, balasnya.

“ya tau lah , aku kan pintar”, balasku lagi dengan emotion sombong.

“orang kok pede amat....”, kataku padanya... ( devil’s emotion ).

“yo ben.....”, katanya.

“ ya udah lah, sibuk apa kamu, kelihatan serius, sampai matamu terlihat blolok....”, balasku padanya.

“SEMBARANGAN, panggil blolok lagi”, kata yanti.

“ya itu, sebabnya aku manggil kamu seperti itu, kan cocok dengan modelmu”, kataku.

“hhm, terserahlah.... yang penting aku manis”, balasnya.

“dasar anak pede tingkat tinggi, kamu itu kemanisan... huakakakakakakakak”, chatting balasanku.

“biarin, emang aku pede, manis, cantik”, yanti membalasnya.

“yo, bener dech,... emang kamu cantik, kata mamamu, dan juga kamu itu cewek. Ya bener kalo kamu ngomong kamu cantik, dan satu lagi.... kamu itu blolok. Huakakakakakak,...”, balasku.

“hhm, terserahlah.... aku mau nyekripsi dulu Ted”, balasnya.

“ya udah, yang bener kalau ngerjain, hhm aku tau kenapa matamu blolok,...”, balasku juga.

“kenapa....?” tanya yanti.

“karenaaaaaaaaaaaaaaaa, sering liat laptop. Makanya kamu terlihat blolok. Huakakakakakak”, balasan chatku padanya.

“nyebeliiiiiiinnnnnn,....!!!”, dengan emotion marah, dia membalasku.

“emang aku nyebelin, ya udah kerjain skripsi sana, entar gak kelar – kelar , aku off dulu yaa, mau pulang”, balasku.

“yaa......., aku juga mau off..... kerja, kerja, kerja....”, yanti membalasnya.

Aku tutup laptop kesayanganku, lalu aku masukkan kedalam tas supaya tidak kedinginan. Hahaha, dan aku lihat dia juga menutup laptopnya. Aku datang padanya, berniat menyapanya, dan ku sapa dia. Aku dan dia bebincang sedikit sebelum pulang ke rumah masing – masing. Sebuah obrolan ringan, canda , menambah pengenalanku dengan Yanti sedikit mendalam. Bukan teman yang sekedar temu dan sapa, tapi teman berbincang yang asik.

Sepulang kuliah, kira – kira jam 5 sore. Aku memikirkan 2 jam waktu di kantin. Aku membayangkan dia yang ada di kantin. Obrolan, chatting dengannya, yang terkesan beda dengan cewek – cewek yang pernah dekat denganku. Sifatnya yang periang, tak mudah tersinggung, dan juga tidak membosankan jika memandang wajahnya.

Aku ingin mengenalnya lebih lagi. Karena aku tahu dia itu beda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun