Mohon tunggu...
Yoyada Sumarto
Yoyada Sumarto Mohon Tunggu... -

Hidup itu pilihan. Tanpa adanya pilihan, apa gunanya hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lukisan Tentang Teddy Bear dan Panda #5

8 April 2014   22:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:54 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hariku Setelah Mengenalnya

Setelah aku mengenal dia, hari – hariku menjadi tidak biasa. Ada sesuatu yang membuat hari – hariku terisi dengan suasana yang menyenangkan hati. Tiap kali aku masuk kampus, aku mempunyai semangat dari waktu aku masuk kampus pertama kalinya. Tiap kali aku datang, aku bertemu para sahabatku, aku bertemu dia. Si Yanti.

Tiap hari aku bertemu kawan – kawan baru lagi. Kawan – kawan anak psikologi, yang sampai sekarang jauh lebih akrab.

Suatu hari, ketika aku hendak masuk ke kantin depan. Tempat favoritku di kampus. Kantin milik si mbok Nunug. Aku lihat si Yanti, Pepeng, Tista anak psikologi salah satu sahabatku yang konyol juga, sebangsa dengan Jontorus, Adi teman dekat Yanti. Lalu aku datang menghampiri kerumunan itu. Aku penasaran mau kemana mereka, lalu aku tanya pada Yanti. Ternyata mereka sedang berencana menuju ke sebuah tempat karaoke. Cocok sekali dengan hobiku. Ku putuskan untuk ikut, dan lainnya juga sepakat. Akhirnya kita sepakat

Sebelum menuju ke sebuah tempat karaoke. Aku dan mereka menuju ke sebuah kos tempat Lestari tinggal. Pukul 2 siang kita menuju ke kos Lestari tinggal. Dan dia sudah menunggu dari tadi rupanya. Langsung saja kita berangkat setelah menunggu sepuluh menit, hanya untuk menunggu dia berdandan necis. Setelah itu kita berangkat ke sebuah tempat karaoke.

Sesampainya kita disana, kita langsung menuju kasir karaoke. Dan, kita menuju ke ruang karaoke. Aku memilih lagu yang ingin aku nyanyikan, dan Yanti memilih lagu yang dia suka untuk aku nyanyikan. Lagu berjudul “When i see your smile”, kita nyanyikan lagu masing – masing. Hingga tiba saatnya lagu yang Yanti pilih. “When i see your smile”, aku nyanyikan untuknya. Memang terasa cocok untuk aku nyanyikan, ketika aku melihat senyumnya hatiku bergejolak seperti tak biasanya. Dag,.. dig,...dug,... serrrrr...., itu yang aku rasakan. Saat itu juga aku semakin ingin dekat dengannya.

Ketika lagi asik menyanyikan lagu itu, kira – kira hampir selesai lirik akhir. Si Lestari mengganti lagu dangdut kesukaannya.

“jiahhhhhhhh, kampret.... lagi enak nyanyi, diganti duangdut...”, pikirku dalam otakku.

Setelah seenaknya mengganti lagu, dengan cengar – cengir Lestari memandangku sambil bernyanyi. Tapi ya sudahlah, yang penting aku sudah bernyanyi untuknya, Yanti. Tidak terasa dua jam berlalu begitu cepat. Dan selama bernyanyi, aku terus memandangi wajahnya. Aku tidak tahu kenapa aku tak bosan – bosan memandang wajahnya. Sungguh dua jam yang menyenangkan.

Setelah selesai, aku dan yang lainnya menuju ke kampus lagi. Dan sebagian pulang kerumah mereka masing – masing. Aku mendatangi Yanti, berniat mengobrol sedikit sebelum aku melanjutkan kegiatanku, hobiku, membuat lirik – lirik lagu. Dan lewat obrolan itu, aku mengharapkan perkenalan yang sedikit lebih dalam.

Obrolan singkat telah usai, Yanti pulang untuk melanjutkan skripsinya, dan aku melanjutkan kegiatanku.

Di sebuah gazebo kampus, pikiranku tertuju di situ. Tapi sebelum itu aku ngopi dulu di kantin mbok Nug, mengencerkan pikiranku dengan secangkir kopi hangan nan nikmat buatan mbok Nug.

“mbok, kopi yaaa.... yang seeeepeeeeciiiallll buat aku,.. hehehehehe...”, aku memesan kopi pada mbok Nug.

“iya leee, sebentar ya, aku masak air dulu”, kata si mbok.

“oke mbok, mbok is the best kopinya”, balasku sambil membuka laptop.

“ahh, oke deh... aku bikinkan kopi yang special.”, kata si mbok.

“gelasnya yang khusus yaa mbok”, jawabku.

“iya , aku sudah tau, yang tenang kamu, aku pasti gak lupa”, balas si mbok.

“wokkkeeyyy, mbok... thank’s, matursuwun”, dengan konyolnya aku membalas kata.

Sementara si mbok membuatkan kopi special untukku, aku melakukan hobiku yang lain. Menulis puisi – puisi. Hobi yang cukup menyenangkan. Sembari jari tanganku bebas memainkan papan ketik laptop. Saat itu juga pikiranku melayang bebas. Ku tuliskan puisi tentangnya.

“hai kamu yang disitu..

Apa yang sedang kamu nanti..

Dan apa yang kamu pikirkan...

Aku ingin kamu tahu...

aku selalu memikirkan kejadian tadi...

senyummu, suaramu...

wajahmu, pandanganmu...

sungguh indah...

aku tak tahu kenapa, aku bisa berpikir seperti ini...

hanya dengan melihat senyummu aku senang...

indah, menawan,...

tak cantik,... tapi manis....

aku ingin lebih dalam menjalin hubungan denganmu...”

Selesai sudah puisi yang aku tulis untuknya, dan saat itu juga kopi special buatan mbok Nug jadi. Aku sruput kopi itu, ahhhh nikmatnya sampai ke ubun – ubun.

Kopi sudah habis, lalu aku melanjutkan hobiku yang lain. Buka facebook, hahahaha. Aku pamit ke si mbok, hendak menuju ke gazebo.

“mbok, berapa ??... kopi satu, rokok 4”, aku bertanya pada Mbok Nug.

“4000, mau kemana toh le, ??”, jawab si Mbok.

“mau ke gazebo dulu mbok, biasa urusan penting”, kataku pada si Mbok, padahal Cuma mau online, biasalah candaku pada si mbok memang begitu.

“owh, iya le, urusan penting apa yang lain, nemuin si Ika?”, kata si Mbok sambil tertawa lebar.

“ahh, apa’an sih mbok, aku dan Ika kan Cuma teman biasa”, kataku.

“lha kemarin itu apa, duduk bersanding terus”, jawab si Mbok.

“ahh, sudah nggak mbok, putus.... lha dia sering memberi harapan palsu”, kataku pada si mbok, dengan nada galau.

“lho, kok cepat banget... “, dengan heran si mbok berkata.

“iya, mbok.... memang cepet, kenal aja juga cepat... putusnya juga cepat”, kataku sambil cengar – cengir.

“owh, yang sabar ya le”, balas si mbok.

“iya, mbok harus move on lah”, kataku dengan penuh semangat.

Hhm, ketika si mbok berkata seperti itu. Aku jadi teringat sepenggal cerita singkat dengan Ika, memang pernah aku menjalin hubungan dengan Ika. Saat setelah bertemu di kantin belakang, saat setelah aku diusir si setan botak, pak sitompul. Keesokan harinya aku menjalin hubungan dekat dengannya. Singkat , hanya seminggu aku menjalin hubungan, dan dia menjalin hubungan dengan yang lain. Aku memutuskan hubungan tepat 2 hari sebelum aku pergi karaokean dengan Yanti dan yang lain. Tepat saat hujan, sama seperti waktu aku menjali hubungan untuk pertama kali.

Aku melupakan cerita itu, dan langsung berlanjut pada kegiatan hobiku. Aku tuju gazebo salah satu tempat favoritku mencari inspirasi. Di sana , aku buka laptopku lagi. Menyalakannya, lalu masuk ke sebuah situs yang terkenal di dunia, Facebook. Aku login, dan masuk. Di situ, aku temui Yanti juga sedang online.langsung saja aku chatting dengannya. Melakukan hal seperti biasa. Bercanda ringan hingga berat.

Seperti biasa aku memanggil Blolok. Karena matanya yang mirip beruang panda. Hahaha, aku ngobrol panjang di situ. Hingga sore menjelang.

Waktu sudah menunjukkan aku harus pulang. Aku tutup cerita hari ini untuk sementara. Karena penatku sudah menjadi – jadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun