Mohon tunggu...
Yowidiyanto
Yowidiyanto Mohon Tunggu... -

Writer. Translator. Tinkerer. Life-long learner.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perisa Kimia dalam Rokok Elektronik Berhubungan dengan Penyakit Paru

9 Desember 2015   04:07 Diperbarui: 9 Desember 2015   04:25 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Terjemahan ini dimuat pula di Medium)

Diasetil, zat kimia perisa (pemberi rasa) yang terkait dengan serangkaian kasus penyakit pernapasan akut, ditemukan dalam lebih dari 75 persen rokok elektronik (e-cigarettes) berperisa serta cairan isi ulangnya yang telah diuji oleh para peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health.

Dua jenis senyawa yang berpotensi merugikan kesehatan lainnya yang saling berhubungan satu sama lain juga ditemukan pada banyak rasa rokok elektronik yang diuji, termasuk diantaranya berbagai variasi rasa yang berpotensi menarik bagi kalangan muda, seperti rasa permen kapas, “Fruit Squirts”, dan cupcake.

Penelitian tentang hal ini dipublikasikan online pada tanggal 8 Desember 2015 didalam publikasi ilmiah Environmental Health Perspectives.

The Occupational Safety and Health Administration (Badan Kesehatan dan Keselamatan Kerja/K3 Amerika Serikat) dan industri perisa telah memperingatkan para pekerja akan bahaya diasetil, karena adanya kaitan antara menghisap diasetil dengan penyakit pernapasan yang melemahkan tubuh yaitu bronchiolitis obliterans, yang umumnya dikenal dengan nama “paru-paru popcorn”, karena penyakit itu pertama kali muncul diderita oleh para pekerja di fasilitas pemrosesan berondong jagung (popcorn) microwaveyang menghisap perisa mentega buatan.

“Kesadaran akan bahaya yang berhubungan dengan kegiatan menghisap zat-zat kimia perisa dimulai semenjak munculnya kasus “paru-paru popcorn” lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Meski begitu, diasetil dan zat-zat kimiawi perisa lainnya kini digunakan pada banyak pemberi rasa buatan lain diluarpopcorn berperisa mentega, termasuk diantaranya pada berbagai pemberi rasa buah, pemberi rasa alkohol, dan, sebagaimana kami pelajari dalam penelitian kami ini, rokok-rokok elektronik dengan rasa permen,” kata penulis utama/lead author penelitian Joseph Allen, lektor (assistant professor) ilmu penilaian pajanan (exposure assessment sciences).

Sekarang beredar di pasaran lebih kurang 7.000 varietas rokok elektronik dane-juice (cairan mengandung-nikotin yang digunakan dalam berbagai perangkat rokok elektronik yangdapat diisi ulang). Meski popularitas dan penggunaan rokok elektronik terus meningkat, data mengenai berbagai efek potensial rokok elektronik tersebut terhadap kesehatan masih minim jumlahnya.

Pada saat ini, belum dibuat aturan tentang rokok elektronik, meskipun U.S. Food and Drugs Administration (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) telah mengeluarkan sebuah rancangan undang-undang (RUU) untuk menyertakan rokok elektronik dibawah wewenang badan tersebut untuk mengatur produk-produk rokok dan produk-produk-produk mengandung-nikotin tertentu.

Allen beserta para sejawat peneliti menguji 51 jenis rokok elektronik dan cairan isi ulang berperisa yang dijual oleh berbagai perusahaan dagang terkemuka untuk mengamati keberadaan diasetil, asetoin, dan 2,3-pentanedion, dua senyawa perisa terkait yang dimasukkan kedalam daftar “prioritas tinggi” oleh Flavor and Extract Manufacturers Association (Asosiasi Pemanufaktur Perisa dan Ekstrak Amerika Serikat), yang mana berarti bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat menimbulkan bahaya (hazard) pernapasan di tempat kerja (pabrik rokok elektronik dan cairan isi ulangnya — penerj.) .

Masing-masing rokok elektronik dimasukkan ke dalam suatu ruang tersegel yang terpasang pada suatu perangkat yang dibangun di laboratorium, yang mana alat tersebut menarik udara melalui rokok elektronik selama delapan detik sekali, dengan periode jeda 15 hingga 30 detik antara setiap tarikan. Aliran udara yang keluar kemudian dianalisa.

Setidaknya satu dari tiga zat kimia tersebut di atas ditemukan dalam 47 dari 51 rasa yang diuji. Diasetil ditemukan berada diatas batas deteksi laboratorium, yaitu dalam 39 rasa yang diuji. Asetoin dan 2,3,-pentanedion ditemukan masing-masing pada 46 dan 23 rasa.

“Berhubung sebagian besar kekhawatiran akan kesehatan (health concerns) seputar rokok elektronik terfokus pada nikotin, masih banyak hal yang belum kita ketahui mengenai rokok elektronik itu sendiri. Selain mengandung kadar zat adiktif nikotin yang bervariasi, rokok elektronik juga mengandung zat-zat kimia penyebab kanker, seperti formaldehida (formalin), dan sebagaimana ditunjukkan oleh penelitian yang kami lakukan, zat-zat kimia perisa yang dapat mengakibatkan kerusakan pada paru,” kata penulis pendamping (co-author) penelitian ini David Christiani, Elkan Blout Professor of Environmental Genetics.

Penulis Harvard Chan School lainnya termasuk diantaranya Skye Flanigan, Mallory LeBlanc, Jose Vallarino, Piers MacNaughton, dan James Stewart.

Penelitian ini didukung oleh hibah dari NIH/NIEHS Center.

Penulis: Amy Roeder, Harvard Chan School of Communications

Penerjemah: Yowidiyanto

SUMBER

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun