Mohon tunggu...
Yovianus Toni
Yovianus Toni Mohon Tunggu... Konsultan - Iklim berubah, saya juga

Lihat, tandai

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Apa yang Terjadi di Dalam Septik Tank?

7 September 2012   08:08 Diperbarui: 4 April 2017   17:19 38049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_197693" align="aligncenter" width="183" caption="www.cleanroundthebend.co.uk"][/caption] Toilet dan septik tank harusnya ibarat dua sisi mata uang. Selalu ada bersama-sama. Tapi kenyataannya tidak demikian. Ada rumah yang punya toilet tapi tidak punya septik tank. Yah itu dia, kali dijadikan septik tank. Contohnya seperti yang diposting oleh Kompasianer Laya Senandika.

Yang paling sering, pemilik rumah tidak tahu di mana septik tank nya. Ini sering dijumpai di rumah-rumah kawasan padat penduduk di kota-kota besar. Bahkan pernah saya alami sendiri. Ketika tahun 2002 lalu, bersama-sama beberapa teman, kami mengontrak sebuah rumah di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Ketika toilet rumah tersebut mampet, kami menduga septik tank nya penuh dan langsung mengontak mobil penyedot tinja. Ketika mobil tinja tiba, kami mengarahkan selang mobil ke sebuah lubang persis di belakang WC. Kami kaget bukan kepalang ketika tahu lubang sedalam 2 meter itu kosong, air pun tidak ada. Ternyata lubang itu bukan septik tank, sebagaimana saya duga. Masalah toilet tersumbat dapat diselesaikan melalui lubang closet, tapi kami tetap tinggal selama 2 tahun tanpa pernah tahu di mana posisi septik tank. Mencari tahu pun tidak pernah. Dan ternyata itu dialami oleh banyak rumah di kota-kota besar.

Yang sudah diketahui umum, septik tank berfungsi sebagai tempat penampungan tinja dan semua air limbah yang datangnya dari toilet, atau istilah sopannya “blackwater”. Bahwa septik tank menjadi tempat penampungan tidak salah, Cuma pemahaman ini belum lengkap. Ini cara pandang yang sudah kuno sebelum konstruksi septik tank menjadi seperti yang kita lihat saat ini. Itu sebabnya mengapa konstruksi septik tank tidak menjadi perhatian utama pemilik rumah, pekerja konstruksi bahkan para perencana bangunan. “Kalau cuman buat nampungin tinja ngapain repot mikirin konstruksinya”, saya membayangkan demikian jalan pikiran mereka.

Jadi selain sebagai penampung, septik tank sebenarnya dimaksudkan untuk mengolah air limbah “blackwater” sebelum nantinya meresap ke dalam tanah atau dibuang ke pengolahan lebih lanjur. Kata kuncinya di sini “mengolah”. Jadi lebih dari sekedar “menampung”. Dan septik tank adalah bentuk pengolahan limbah cair paling sederhana dan dapat dimiliki oleh semua rumah.

Di dalam septik tank yang sederhana itu sesungguhnya terjadi serangkaian proses biologis dan kimiawi (biokimia) yang sangat rumit yang melibatkan miliaran mikroba yang secara alamiah saling berbagi tugas.

Secara umum, di alam ada 2 kelompok mikroba yakni yang membutuhkan oksigen (aerob) dan yang tidak membutuhkan oksigen (anaerob). Sifat mikroba itulah yang dipakai dalam system pengolahan limbah yang juga terbagi menjadi dua, system aerob dan system anaerob. System aerob bekerja sangat cepat tetapi membutuhkan energy, sedangkan system anaerob bekerja sangat lambat tapi menghasilkan energy. Sistem anaerob ini yang salah satunya diterapkan dalam pembuatan biogas.

Di dalam septik tank tidak ada suplai oksigen (anaerob), sehingga hanya mikroba anaerob saja yang bisa hidup. Itu sebabnya septik tank dibuat sedemikian tertutup rapat sehingga tidak ada oksigen yang bisa masuk.Jika ada oksigen yang masuk, terjadi kekacauan di dalam septik tank karena sebagian bakteri anaerob yang terkena kontak dengan oksigen mogok bekerja. Dan ketika itu terjadi, tahu-tahu septik tank mengeluarkan bau yang tidak sedap (bau tinja yang belum terolah).

Di dalam septik tank, mikroba mengeluarkan enzim dan enzim itulah yang mengolah limbah. Mereka bekerja sangat lambat namun pasti, bahkan hingga berbulan-bulan sebelum limbah tersebut terurai sempurna. Pada situasi normal dalam 2 bulan, hanya 50% limbah yang dapat diuraikan dan dalam 5 bulan baru 80%. Dengan kata lain, jika kita buang air hari ini, hingga 2 bulan ke depan, kotoran kita baru 50% diolah.

Blackwater mempunyai komposisi kimia yang sangat kompleks sehingga dipakai konsep umum yang bisa menggambarkan tingkat polutan, salah satunya COD (Chemical Oxygen Demand). Yaitu banyaknya oksigen yang dibutuhkan agar bahan kimia yang ada terurai sempurna. Makin tinggi nilai COD, makin tinggi tingkat pencemarannya. Ini hanya dapat diukur di laboratorium. Blackwater memiliki nilai COD sekitar 10.000 (mg/L), limbah dari dapur mulai 500, air sungai di Jakarta ada di sekitar 50, air sungai di pegunungan 0. Untuk pusat-pusat perdagangan atau hotel, pemerintah mensyaratkan air limbahnya harus diolah hingga COD nya di bawah 80 sebelum dibuang ke sungai.

Hasil akhir pengolahan blackwater, salah satunya adalah biogas. Di dalam biogas sendiri ada metana (bahan bakar gas) sekitar 60%, dan karbondioksida sekitar 35%; Dan sisanya asam belerang dan amoniak yang menjadi sumber bau di septik tank. Sekali buang air, kita menyimpan potensi 1 liter biogas yang setara dengan tenaga listrik untuk menyalakan lampu 5 watt selama 1 jam. Tapi kenyataannya kan sebaliknya, biogas itu terbuang dan kita malah berkontribusi menyumbang gas metana yang menyebabkan bumi memanas.

Biogas ini memang harus segera dikeluarkan dari dalam septik tank agar tidak balik meracuni mikroba yang bekerja di dalamnya. Makanya di atas septik tank dibuat pipa udara yang biasanya berbentuk huruf T. Melalui pipa tersebut biogas dari dalam septik tank terlepas ke udara bebas. Jika tidak ada pipa udara ini akibatnya bisa sangat fatal. Biogas yang dihasilkan makin lama makin banyak, hingga suatu saat mencari jalan keluarnya sendiri melalui … ledakan. Coba lihat berita di Koran Republika dimana sebuah rumah di Jakarta hancur karena septik tanknya meledak.

[caption id="attachment_197696" align="alignleft" width="300" caption="Sketsa toilet dan septik tank (http://promkes-banyuurip.blogspot.com/)"]

1347004746730883715
1347004746730883715
[/caption]

Pipa udara itu juga yang membuat septik tank kita tidak cepat penuh. Karena 50% blackwater sudah terbuang dalam bentuk gas dari hasil pengolahan.

Saat ini, septik tank di rumah-rumah sudah mempunyai 2 ruang dan memang seharusnya demikian. 1 ruang pertama untuk pengolahan dan ruang kedua untuk peresapan air. Air yang meresap membawa bakteri dari dalam septik tank sehingga bisa mencemari air tanah. Anjuran yang sudah kita tahu bersama, resapan ini minimal berjarak 10 meter dari sumur. Bagi masyarakat desa, 10 meter ini perkara gampang, tapi tidak bagi masyarakat kota.

Bagi permukiman padat, sebaiknya tidak perlu dibuatkan ruang resapan sehingga tidak mencemari sumur di sekitarnya. Jika septiknya penuh tinggal disedot. Ironisnya, ada rumah yang sejak berdiri tahun 80an hingga sekarang tidak pernah disedot, karena memang tidak pernah penuh. Artinya bisa ditebak. Semua air dalam septik tank sudah meresap dan pastinya mencemari sumur di sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun