Pernahkah kalian sedang makan dengan lahapnya di sebuah warung makan tiba-tiba ada pengamen atau pengemis? Padahal sudah ada tulisan agar pengamen atau pengemis tidak masuk, tapi masih ada saja yang memaksa untuk masuk. Apakah kalian risih? Atau biasa saja? Atau bahagia karena bisa berbagi? Lalu, jika suaranya tidak merdu apakah tetap memberi? Jika hanya ada kalian saja sebagai pembeli dan penjual enggan memberi, apakah kalian terpaksa memberi?
 Aku pernah di posisi itu, saat makan dengan lahap tiba-tiba dua anak kecil masuk mengamen hingga di depanku. Penjual itu tak kunjung memberi uang, aku pun juga niatnya tak memberi uang, aku juga sudah menggeleng. Tapi si anak memaksa, tidak pergi sebelum aku memberikan uang.Â
Risih juga menurutku, warung itu sepi, hanya aku saja yang beli. Anak satunya mengajak pergi dan akhirnya mereka baru pergi. Menurutku, apakah harus memaksa begitu ya?
Di tempat lain, hanya ada aku sebagai pembeli, penjual enggan memberi uang. Awalnya aku tidak niat untuk memberi, tapi pengamen berulang kali berkata seolah memaksa. Ya, aku memberikannya. Padahal berkali-kali aku di tempat itu belum pernah ku jumpai pengamen.
Di jalan pun aku pernah temui sepasang pengamen yang sudah tua, di warung makan yang sangat ramai, suaranya sangat merdu. Keduanya menyanyi, dan salah satu mengiringi. Tapi ku perhatikan, satu pun belum ada yang memberikan, padahal mereka tidak memaksa, tetap di luar. Kalau aku di sana, pasti aku akan memberikannya. Aku lebih suka yang apa adanya, bukan paksaan. Kalau kalian bagaimana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H