Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bertanya Bukan Berarti Tak Percaya

17 Juli 2024   18:15 Diperbarui: 17 Juli 2024   20:23 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan punya pertanyaan tapi malu (sumber gambar : kids.grid.id) 

Jika pepatah malu bertanya sesat di jalan itu menyesatkan, aku tak pernah mau melakukannya. Kadang kala kita harus menghilangkan rasa malu dalam diri kita, entah dalam hal pribadi maupun pekerjaan. Dulu aku malu, bahkan untuk memesan atau bertanya apapun tentang apa yang mau aku beli, aku tak berani. Ibu, dan Ibu yang membantu. 

Waktu aku duduk di bangku SD saja aku malu dan takut pada guru. Waktu itu, saat selesai ulangan, dikoreksi oleh teman-teman sekelas dan nilai langsung diberikan. Aku mendapat nilai 10 pada kala itu. Tapi sewaktu menyebutkan pada guru, temanku berbisik agar aku menyebut nilaiku hanya 8. Entah bercanda atau tidak, aku menyebut 8 pada guruku sesuai temanku itu. 

Aku bercerita pada Ibu soal nilaiku dan menunjukkannya. Ibuku tidak marah, hanya memberi tahu jangan diulang lagi kejadian itu. Lalu keesokan harinya, Ibu bersamaku menemui guru tersebut dan menunjukkan nilaiku yang 10. Bu guru juga tak marah dan mengganti nilaiku. 

Saat bekerja, aku diminta mencari sebuah plastik yang waktu itu masih asing buatku. Teman kantor memberiku nomor telepon toko plastik yang pasti menjual bahan yang aku cari karena Beliau dulu pernah membeli di sana. Beliau memberi info, toko itu terletak di jalan Bhayangkara, lalu aku selalu bertanya bahan itu tapi tidak jadi beli. 

Satu tahun kemudian, aku diminta mencari bahan yang asing lagi. Aku mencari ke beberapa toko, termasuk toko di Jalan Bhayangkara tersebut. Lalu tanpa konfirmasi, aku dengan pedenya ke Jalan Bhayangkara. Sampai di sana, tulisan toko plastik masih ada, tapi kok isinya cafe? Ternyata toko plastik pindah sejak tahun lalu tapi tulisan belum diturunkan. 

Aku menghubungi toko itu tentang alamat barunya, ternyata aku salah alamat, nomor kontak yang aku simpan bukan di Jalan Bhayangkara, melainkan di jalan lain. Aku tertawa. Sudah sesat di jalan baru bertanya. Apa dulu aku salah dengar saat diberitahu teman? Atau Beliau yang salah sebut? 

Lain halnya dengan toko ATK langgananku. Aku ingin membeli karton yang jumlahnya puluhan lembar. Awalnya, aku tanya ke CS, apakah bisa dibawa dengan sepeda motor atau tidak. Kali ini aku tanya dulu, agar tak salah saat sampai tujuan. Beliau info bahwa tidak bisa jika pakai sepeda motor. 

Aku menghubungi rekan kerjaku yang membawa mobil untuk mampir mengambilkan karton itu. Aku ke toko itu untuk membayar dan cek bahannya menggunakan sepeda motor. Aku kok merasa ragu ya dengan CS. Aku tanya ke bagian packing, yang kebetulan seorang pria. "Apakah bisa dibawa pakai sepeda motor Kak?" tanyaku. "Bisa Kak, nanti saya talikan di belakang, bisa diduduki dan saya tambahkan kardus agar tidak rusak. Nah, itu. Jika ragu, bertanyalah dan Anda dapatkan sesuatu. Jangan malu! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun