Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tulisanku Harimauku?

10 Juli 2024   10:47 Diperbarui: 10 Juli 2024   10:58 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wanita sedang menulis (sumber gambar : amp.suara.com) 

Ada yang bilang mulutmu harimaumu. Tapi yang terjadi padaku adalah tulisanku harimauku. Yang satu menghasilkan hal negatif, yang satu menghasilkan hal positif. Masalah yang pertama adalah aku tak pernah tahu sesuatu jika itu tak pernah diungkapkan. Bagaimana aku bisa tahu isi hati seseorang? 

Bahkan aku kadang salah mengartikan tatapan matanya. Padahal aku membaca mata itu berdasar pengalaman, pelatihan dan buku yang ku baca. Kenapa ya bisa salah? Pandai sekali bukan orang itu? Di saat ditanya diam, di saat tak ditanya juga diam. Nggak papa, mungkin karena sudah sifatnya, atau memang hanya bisa bicara pada orang terdekatnya. Dulu aku juga begitu, tapi seiring berjalannya waktu, aku mencoba dan selalu mencoba dengan berbagai sesuatu. 

Selama ini aku mencoba memberikan apresiasi pada orang yang telah membantu, setidaknya ku sebut namanya pada tulisanku. Ternyata hal itu tak menjadikan orang yang ku sebut itu setuju. Malah menambah masalah besar pada hidupnya. Harusnya aku meminta ijin pada yang punya nama itu. 

Aku pikir Beliau bangga, ternyata aku salah. Aku tahu ini sebuah kesalahan besar dan aku sudah minta maaf. Beliau meminta agar aku tak menyebut namanya lagi dan tak perlu diberi apapun sebagai hadiah atas yang Beliau berikan. Ilmu tulus sudah lama tertanam dalam hatinya. Sungguh luar biasa. Ku temukan satu pahlawan setelah kejadian lalu.

Lalu di kejadian kedua, aku pernah menulis suatu peristiwa, menyesal dengan apa yang aku lakukan. Aku pernah bersalah di suatu pekerjaan dan menuliskan sebuah mimpi lewat tulisan. Karena ada yang bilang jika keinginan harus diucapkan. Selain mengucap, aku juga menuliskan agar ada bukti tertulis yang bisa ku bagikan pada seseorang yang mengerti kisahku itu. 

Selang satu bulan, aku terkejut, orang yang membaca tulisanku membawa kabar gembira, memberi info bahwa keinginanku terkabul. Bahagia sekali. Habis gelap terbit terang. Habis menjadi senjata, tulisan itu bisa menjadi emas permata. Maka aku akan terus menulis kejadian pahit sebagai pembelajaran dan menulis keinginanku agar bisa jadi kenyataan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun