Oh, di bawah terik matahari di sebelah toko buku, terlihat pemandangan menarik. Seorang Bapak bersama anaknya yang masih balita duduk di halaman itu, bukan di bawah pohon yang sangat rindang tapi rela berpanas-panasan demi menunggu sesuatu yang aku tak tahu. Yang membuatku terpaku adalah duduk tanpa tikar, jadi pasti kotoran di halaman menempel pada pakaian mereka. Tapi itu tak mengganggu. Baru sekali ini aku melihat itu.Â
Hari berikutnya setelah kejadian itu, saat pagi hari, ku lihat keluarga bahagia yang berasal dari Bapak, Ibu dan anak yang masih balita digendong sang Ibu. Mereka naik sebuah sepeda tua. Saat aku di belakang mereka hendak menyalip, si anak melihatku dan tersenyum padaku. Lalu ku lambaikan tanganku.Â
Anak kecil yang polos bisa juga ya melemparkan sebuah senyuman bahagia kepadaku, padahal baru kali pertama bertemu. Senyuman yang menular padaku, di saat hatiku sedang merasa sedih.Â
Di siang harinya ku temukan pasangan suami istri juga melakukan hal yang sama, semua duduk di trotoar di siang nan terik itu, tanpa pohon besar di sekitarnya. Mereka makan siang bersama dengan beberapa bekal yang dibawa. Panasnya matahari bukanlah suatu alasan kita untuk menghindar, tapi malah membuat kita bertahan karena ditemani oleh orang tersayang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H