Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary

Minta Tak Selalu Butuh

7 Juli 2024   13:48 Diperbarui: 7 Juli 2024   13:58 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Apakah sebuah pena itu bisa menyelamatkanmu? Apakah memberi harus selalu soal uang? Bagi ku tidak. Hari ini aku membagikan tinta hijauku sebagai penyelamat tiga kawanku. Aku selalu membawa pena kesayanganku saat sedang bertugas. Aku yakin suatu saat pasti berarti.
Aku suka sekali menulis untuk menambah sesuatu atau mencoret tulisan yang ku rasa perlu ku ganti. Saat aku menuliskan catatan di buku, temanku meminjam penaku. Lalu teman kedua juga meminjam pena saat melihat pena yang berada di samping buku. Kemudian, teman ketiga mencari pena di tempat biasa namun tak ada. Aku menawarkan pena itu dan Beliau setuju.
Teman pertama ku mengeluh karena lupa membawa masker, lalu aku memberikan masker ku yang tinggal satu, karena aku selalu membawa stok masker semisal butuh lebih. Terkadang barang yang kecil itu jika kita bawa bisa menjadi penyelamat manusia yang membutuhkan, entah karena melihat atau karena kita tawarkan. Jangan jadi manusia pelit, apalagi saat mempunyai segala kelebihan tetapi enggan berbagi, malah meminta orang lain yang lebih berkekurangan dari dirinya.
Pernah suatu ketika seseorang meminta ku untuk membayar semua yang Ia makan dan minum, tetapi tak dihabiskan. Bagaimana perasaan kita yang sudah membayar dengan uang yang tak sedikit tapi melihat Ia membuang makanan itu? Padahal Ia memilih sendiri menu itu dan sudah tahu seberapa besar porsi dari makanan itu.
Beda dengan dua orang petani yang ku temui, membeli makan dan minum dengan uang hasil keringat sendiri sepulang dari sawah dengan baju dan segalanya yang masih kotor tetapi sang penjual tak mengusirnya walau pasti mengotori lantainya. Bapak petani memilih sendiri menu yang Beliau mau dan menghabiskan makanan itu di depan saya. 

Lalu apa yang dikatakan Bapak itu setelah makanan habis? Beliau mengucap syukur bisa makan enak dan biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit, dilihat dari daftar menu yang terpasang di atas rak kaca.
Pernah kau melihat video Ibu pemulung yang memberi makan kucing saat Beliau tak sengaja menemukan kucing di jalan raya? Atau melihat pemulung yang selalu lewat jalan tertentu hanya untuk memberi makan kucing liar? Buat makan sendiri saja susah kok memberi makan kucing yang jumlahnya tidak hanya satu?
Semisal kita sudah menyanggupi kewajiban dalam sebuah tugas, sekalipun kita tak dapat uang atau barang dari tugas itu dan pasti juga sudah memberikan waktu, tenaga, bahkan beli bensin dengan uang kita, kita harus menjalankan dengan ikhlas hati.

Aku  banyak belajar dari hal itu, bahwa memberi tidak harus menunggu kaya, bisa saat kita di posisi punya uang pas-pas an atau barang yang menipis stoknya pada yang membutuhkan. Bukan pada orang yang minta kita, tapi yang butuh kita. Minta belum tentu butuh, butuh belum tentu minta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun