Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kertasku menjadi Sesuatu

7 Juli 2024   09:12 Diperbarui: 7 Juli 2024   09:20 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selembar kertas yang tak lagi sempurna (sumber gambar : Jawaban.com) 

Apa yang kalian lakukan jika melihat selembar kertas yang sudah usang, warnanya memudar bercampur kotoran dan penuh coretan yang sudah tak berarti bagi pembaca? Karena waktu telah berjalan selama beberapa hari sehingga pesan dalam kertas itu sudah basi dan tak akan bermanfaat bagi si pembaca, seperti berita yang sudah tak hangat lagi tuk dilirik. 

Kertas itu walau sudah basi dan penuh lipatan, tapi pernah berarti dalam hidupku, dalam tugasku seminggu lalu. Di saat pengurus tak menyediakan catatan dalam bentuk tulisan, dalam artian hanya sebuah pesan lisan, aku tak pernah mau begitu, karena aku suka menulis dan dengan tulisan aku akan lebih mudah dalam menyampaikan pesan, karena ingatan manusia sangat terbatas, dari yang tak mudah mengingat hal kecil, apalagi harus mengingat hal penting yang itu harus disampaikan ke pendegar. 

Sekalipun orang sudah pandai atau pengalaman, belum tentu ia selalu ingat akan apa yang akan dikatakan, karena aku selalu melihat itu, para senior pun kadang masih membawa catatan kecil yang berisi poin penting untuk disampaikan. Bagaimana dengan aku yang belum senior dan kadang lupa jika tak mencatat itu? 

Aku belajar dari itu, dan masih selalu ingin belajar dari apa yang aku lihat, aku dengar dan aku rasa. Seperti judul album dari seorang penyanyi pria yang kala itu menyentuh hatiku, sehingga aku memakai judul itu untuk membantuku dalam menulis apapun. 

Kala itu, selesai membaca pesan ke pendengar, aku sengaja tak membuang catatan kecilku yang berada di kertas usang itu, karena terlalu sering aku menyentuhnya. Aku selipkan kertas itu di halaman belakang agar tak mengganggu dan tak terlihat oleh si pendengar. Malu jika sampai terjatuh lalu aku harus mengambilnya, atau jika itu ku tinggal di lantai akan menjadi sebuah pemandangan yang tak enak tuk dilihat, membuat kotor juga dan menambah kerjaan penyapu karena ulahku. 

Seminggu kemudian aku berkunjung ke tempat itu dan saat membuka map tempatku menaruh kertas itu, posisi kertas masih di tempat yang sama. Padahal kertas-kertas lain sudah berganti isinya. Bahkan ku lihat, kertas yang baru isinya sama persis dengan tulisan yang pernah ku tulis seminggu lalu. 

Tak ku sangka, kertas yang dulu berarti buatku sekarang berarti untuk penulis yang menulis pesan di hari ini, karena Ia merasa terbantu dalam menulis. Teman itu bercerita padaku, karena merasa menyesal membuang tulisan yang sebelumnya, jadi harus menulis ulang dari awal memakai kertasku itu. Aku terharu bahkan air mata ini seakan mau tumpah, di saat banyak manusia memilih kertas baru yang masih utuh dan putih tanpa cela, masih ada seseorang yang sudi memungut kertas usangku. 

Sungguh indah, jika kita masih menghargai tulisan atau karya orang lain walaupun sudah usang dan belum tentu sudi disentuh pembaca atau pendengar. Siapapun penulis itu, aku berterima kasih padamu. Kertasku menjadi sesuatu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun