Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary

Saling Sapa, Menemukan Saudara

6 Juli 2024   11:29 Diperbarui: 6 Juli 2024   11:31 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berjabat tangan (sumber gambar : GenPI.co)

Pagi yang masih buta, menjadi saksi kebahagiaan untukku. Mengapa? Aku bertemu seorang Kakek yang berjalan dengan cucunya, memasuki sebuah ruangan yang masih asing untuk mereka, tetapi sudah sangat akrab denganku, karena sudah menjadi rumah keduaku, yang selalu membuatku nyaman untuk tinggal di dalamnya. Orang-orangnya pun selalu membawa kebahagiaan, hingga kadang membuatku lupa aku ini siapa di tempat itu. Apa yang ku bisa? Ya hanya memberikan senyuman dan sapaan yang akhirnya bisa membuahkan hal manis, bahkan menemukan saudara dalam artian yang bukan sebenarnya, yaitu orang yang dekat dengan kita, melebihi saudara kita sendiri, yang sudi berbagi suka dan segalanya yang ada dalam hidupnya.

Kembali lagi ke kisah sang Kakek dengan cucunya tadi. Karena masih asing dengan ruangan itu, dan karena masih gelap, Beliau hampir terjatuh karena tidak tahu bahwa ada tangga kecil yang menghiasi lantai di pintu itu. Untunglah Kakek tidak apa-apa. Lalu Kakek memanggilku untuk membacakan sebuah pesan istimewa untuk seseorang yang sangat dikasihi. Sewaktu aku membacanya, aku terkejut, ternyata tulisan indah tersebut diketik menggunakan mesin ketik. Apa yang membuat sang Kakek masih menggunakannya? Aku tidak tanya, tetapi mungkin karena kenangan dari orang yang Ia kasihi, atau memang sayang jika tak disentuh kembali, padahal masih bisa dipakai. Di saat orang lain meninggalkannya, Kakek tetap menggunakannya demi orang yang dikasihi. Itu hal kecil yang membuat aku tahu apa yang ada di kehidupan Kakek, dari sebuah sapaan hangat dari orang yang baru ku lihat, di saat yang lain mungkin tak tertarik berkunjung ke tempat ini.

Lalu setelah itu aku disapa seorang Ibu yang memakai kacamata. Beliau tanya mengapa asing denganku, padahal aku sering berada di tempat itu, dan lebih sering memperhatikan sang Ibu, wajar, aku hanya pelayan biasa, belum luar biasa seperti Ibu itu, tapi aku akan berusaha untuk jadi luar biasa. Dengan cara apa? Dengan cara menatap mata Ibu, aku melihat kegelisahan Beliau mencari sesuatu, dan aku tahu apa yang sedang dicarinya. Aku memberitahu Beliau apakah kacamata yang di meja samping adalah milik Beliau, Beliau menjawab iya. Sebuah sapaan itu berlanjut bukan?

Setelah acara kami selesai, aku mencoba berbicara dengan seorang anak kecil yang sering ku temui, tetapi belum tahu namanya dan rumahnya di mana. Setelah aku tahu nama dan alamatnya, ternyata si adik adalah saudara dari temanku. Adik itu sangat ramah, selalu tersenyum bahkan menyapa ku, walau baru kali ini kami berkenalan. Luar biasa.

Saat kami keluar menuju jalan pulang, aku berjabat tangan dengan pimpinan dari tempat itu sambil pamitan, lalu Beliau mengajak aku bercerita sejenak, dan tanpa sengaja seorang Ibu yang tak lain adalah teman Ibu ku waktu bekerja dulu di samping kami. Ibu itu mengenalkan ku pada sang pimpinan, agar lebih mengenal ku lebih jauh, karena selama ini hanya sekedar tahu saja, dan nama ku juga terkadang lupa.

Sesampainya di tempat tinggalku, aku bercerita pada seorang pahlawan yang luar biasa, yang berjasa dalam hidupku tanpa mau disebut namanya di dalam semua tulisanku. Beliau tulus, aku bangga bisa mengenalnya, hebat, dan semoga selalu sehat di manapun Ia berada, kini Beliau menjadi saudaraku. Di saat beberapa mengharap imbalan atas apa yang mereka berikan, tetapi Beliau memberi tanpa meminta. Terima kasih saudaraku semua, kalian membuatku bahagia. Ternyata senyuman dan sapaan membuat kita lebih akrab dan tahu lebih jauh dengan orang tersebut, bisa juga menjadi saudara bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun