Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary

Merasa Tersindirkah Kita?

30 Juni 2024   09:09 Diperbarui: 30 Juni 2024   09:16 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jawa (sumber gambar : istockphoto.com)

                Pagi yang gelap, karena sang mentari masih enggan untuk menyapaku. Sepanjang jalan aku lewati dengan mata yang masih setengah terpejam karena kantuk yang masih melanda, walau semalam aku bisa tertidur pulas. Tetapi aku masih semangat untuk melayani sesamaku di Minggu yang sangat ku tunggu. 

Di awal aku masuk ke ruangku, aku sudah disambut hangat oleh temanku dengan sebuah senyuman manis, walau tanpa kata, tapi sangat berkesan. Ya, tempat ku ini ditinggali oleh orang-orang yang sangat ramah, walau belum kenal, walau belum tahu nama, tapi mereka selalu menyapa ataupun tersenyum, bahkan mengajak berbicara sampai kesana-kemari hingga lupa waktu. Itu membuatku selalu semangat, dan kantuk yang tadi menyapaku, sekarang sudah berlalu. 

Terima kasih untuk teman-temanku yang rela bangun pagi sekali untuk melayani, bahkan tidak hanya satu kali, ada yang dua kali atau tiga kali dalam sehari, berurutan, sambung-menyambung menjadi satu rangkaian peristiwa hidup, entah dapat honor atau tidak, yang penting tetap berkarya, demi sesama, dan kami masih mampu, karena aku pernah diberi tahu temanku bahwa apa yang kita lakukan untuk sesama, merupakan tabungan bagi kita di kemudian hari. Kami lakukan itu tanpa mengeluh, pokoknya selalu dibawa bahagia, mau mendua juga tidak apa-apa, asal kita bisa membagi waktu.

                Saat aku mengawali tugasku, aku merasa terkejut dengan seorang Bapak dari luar pulau, tetapi bersedia untuk mengikuti kegiatan kami dengan menggunakan Bahasa Jawa. Aku kaget, bertanya dalam hati, apakah Beliau bisa mengikuti? Apakah Beliau tahu artinya? Atau sudah lama di Yogyakarta, sehingga sudah sangat paham? Atau memang ingin belajar? 

Atau memang sudah paham dan kemudian cinta? Berbagai macam pertanyaan muncul di benak ku. Sedangkan kita yang orang Jawa asli belum tentu bisa Bahasa Jawa, semisal disuruh belajarpun tidak mau, selalu menghindar agar tidak ditugasi Bahasa Jawa. Padahal tidak ada salahnya kan? 

Aku pun juga belum sempurna, masih pemula, masih harus banyak belajar, yang dulu awalnya juga takut, tidak percaya diri, tetapi ditantang oleh senior, karena saya orang Jawa, aneh jika tidak mau memakainya dalam tugas. Saat itu saya merasa terpukul, sehingga saya mau berlatih sampai saat ini, bahkan senior saya mempercayai saya, itu sungguh hal yang luar biasa, dan saya diberikan tugas untuk menjadi senior atau pelatih di kemudian hari. Indahnya jika semua mau, pasti akhirnya akan mampu.

               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun