WAU berkibar di selatan
 Gagah, menyongsong perkasanya awang
 Tanah padi tempat debu bermuara
Bekas kaki telanjang jelas
 Terlukis di kuningnya pasir
 Bias oleh mentari menjelang terlelap
Sesekali
 Gurauan, sahutan, acuhan, terngiang
 Mulut bumiputera cilik begitu semarak
 Nikmati sisa hari
Yang mungkin,
 Besok tak dijumpa
 Atau....?  Nanti malam !?
Deburan ombak menepis jejak mereka
 Hilangkan rasa gundah yang terpendam
 Yang lama diumpat dalam nurani
Nurani malaikat
Jika benar rumbia dan triplek itu lenyap
 Kemanakah hidup mereka kelak?
Haruskah
 Seperti dilema opera sabun yang mampu
 Bius kaum pemukim keramat
 Padahal hatinya tak bersuara?
Maret yang mereka lalui dengan
 Tangisan langit tumpah ke tanah
 Isi hati mereka
Terombang-ambing
Ombak yang meranggas pohon bakau