Kisah ini saya alami ketika sedang mengisi waktu libur hari raya Nyepi di Kota Kembang. Saya dan teman-teman berkunjung ke salah satu mall bernuansa alam di Jl. Cihampelas (sebut saja mall "CW"). Pengalaman liburan saya saat itu sayangnya harus terganggu oleh suatu musibah yang saya alami di mall tersebut. Saat itu saya sedang menunaikan kewajiban sholat dzuhur di mushola mall (kurang lebih pk.14.15 WIB), situasi mall saat itu sangat ramai, bahkan mushola nya pun ramai. Seperti biasanya saya meletakan tas saya di mushola sebelum wudlu. Setelah selesai wudlu (sekitar pk.14.18 WIB) saya pun kembali mengambil tas saya untuk saya letakan di depan saya ketika saya sholat. Seusai sholat (pk.14.30 WIB), seperti biasa saya cek kembali isi tas, tapi alangkah kagetnya saya ketika mendapati bahwa dompet dalam tas saya telah raib. Saya dan teman-teman panik, mencoba mengingat apakah dompet saya benar hilang di mushola atau tertinggal di tempat makan sebelumnya. Sampai pada akhirnya kami kembali ke mushola untuk menanyakan kepada petugas kebersihan mengenai kehilangan dompet. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa dan menyarankan saya untuk melapor ke tim security mall dan mengecek hasil rekaman cctv di mushola. Saya dan teman saya pun segera menuju information center untuk melakukan laporan awal terlebih dahulu. "Lama", sangat lama menunggu respon dari mereka untuk kemudian membawa kami ke kantor security.
Alhasil, sampai kami tiba di kantor security pun kami masih harus menunggu lama bahkan hanya diminta untuk memberikan laporan kehilangan dan dikatakan bahwa kami akan dihubungin kembali jika hasil cctv nya sudah bisa dilihat. Sekitar 1/2 jam lebih kami menunggu respon dari tim security, sampai pada akhirnya saya dihubungi untuk kembali ke kantor security dan melihat hasil rekaman cctv. Ternyata memang benar, dompet saya tercuri oleh seorang mba yang dengan sigap mengambil tas saya ke pangkuannya, mengeluarkan dompet saya, lalu mengembalikan kembali tas saya ke posisi semula dan dia bergegas pergi. Hmmmm..saya cuma bisa mengelus dada dan pasrah karena memang ini ada kontribusi kelalaian, keteledoran, serta kebodohan saya.
Namun yang saya sesalkan adalah justru saat saya melihat bahwa respon yang dilakukan oleh tim security mall sangatlah lama (dalam bahasa Jawa biasa disebut "alon-alon"). Mereka bilang bahwa memang sudah biasa ada kehilangan, dan memang sudah ada sindikat khusus pencurian di mall CW, khususnya di mushola. Bahkan ketika saya ditunjukka hasil rekaman cctv tersebut, mereka tampak sangat santai dan seperti secara implisit mengatakan bahwa "yaaahh..sudah lihat kan..sudah terjadi..makanya kedepan hati-hati..kalau sudah begini mau diapakan lagi..yaaahh..sudahlah..".
Mengenai dompet saya yang telah hilang, dengan santai mereka mengatakan bahwa saya akan dihubungi kembali oleh mereka dalam waktu 2-3 hari kedepan. Jika saya beruntung, mungkin dompet saya akan kembali meski isinya telah raib. Dan pada akhirnya, 3 hari kemudian, ketika saya yang sudah kembali beraktivitas di Jakarta, saya mendapat surat permohonan maaf dari tim security mall CW yang mengabarkan bahwa dompet saya tidak ditemukan.
Baiklah, saya rasa ini memang sudah musibah bagi saya. Dari musibah tersebut, saya memang banyak mendapat pelajaran, termasuk pelajaran untuk merasakan langsung bagaimana santainya respon pihak security tsb. Saya fikir cap "security" bukan hanya untuk menjaga ketertiban sambil berdiri dengan seragam gagah atau menonton hasil cctv tanpa tindakan aksi nyata yang sigap ketika suatu kejahatan telah terjadi. Aksi sigap dan cepatlah dari merekalah yang justru dibutuhkan.
Suatu musibah kejahatan memang kadang tak bisa dicegah, namun setidaknya dapat ditindak hingga untuk kedepannya peluang kejadian serupa tidak terjadi lagi. Menangkap sindikat pelaku pencurian tersebut merupakan suatu hal yang paling utama agar tidak ada lagi korban seperti saya dan korban sebelum-sebelumnya. Berantas pelakunya. Bukan malah mengoleksi tontonan hasil rekaman kejadian pencurian tanpa berbuat apa-apa selain menulis surat permohonan maaf pada sang korban karena barang yang telah hilang tidak berhasil ditemukan.
Hmmmm...bercermin dari musibah tersebut ternyata benar juga ya.."alon-alon mboten kelakon" adalah slogan yang lebih tepat sepertinya, sudah pelan, tapi ternyata tetap tidak membuat jera dan menyelesaikan masalah. Oke, sepertinya sikap seperti ini memang sudah menjadi "kabiasaan" di Negeri ini. Alon-alon, santai, dan pasrah. Menyedihkan.
Untuk teman-teman yang lain, dari kisah ini, sebaiknya kewaspadaan dari diri kitalah yang perlu untuk ditingkatkan lagi, jangan sampai kita lalai dan teledor, karena kalau sudah kita telah terlanjur jadi korban tindak kejahatan (pencurian dan sejenisnya), maka bersiaplah untuk mengalami proses penyelesaian yang "alon-alon" dari para petugas yang berwajib. Sangat tidak efektif dan efisien.
Semoga kedepan kondisi seperti ini bisa diperbaiki, supaya tidak ada lagi slogan menyedihkan "alon-alon mboten kelakon".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H