Dear…
Pelipur lara hati bunda
Saat bunda menuliskan surat ini padamu,
Bunda tengah dirundung masalah maha dahsyat
Ini tentang cinta, cinta ayahmu…
Muhammad Fatahillah Al-Azam, itu namamu. Nama itu bunda dapatkan dari bibir seorang imam saat usiamu 2 bulan pertama di dalam perut bunda. Namamu memiliki arti yang indah. Azam berasal dari kata Azamta yang bararti tekad yang kuat, Fatahillah dari nama seorang pejuang, sedang Muhammad adalah nama rasul kesayangan allah.
Kami yakin kau adalah seorang laki-laki, sebab gaya bunda yang pemalas dan wajah bunda yang tidak menarik menandakan tengah hamil janin laki-laki (menurut mitos sih).
Saat itu kami bahagia nak, bunda sudah berniat akan menjadi ibu yang baik untukmu. Bagi kami kau adalah malaikat penyambung cinta kami, karena kau adalah manusia yang akan mengenalkan siapa ayah bundanya pada orang-orang disekitar kita.
Namun… semua berubah seiring waktu. Karena sedikit kesalahan, akhirnya jalan takdirmu berubah. Awalnya bunda menyalahkanmu, namun dalam hati bunda kau segala-galanya. Kau pemberian Tuhan yang sangat bunda harapkan, nilaimu lebih dari surga. Setiap saat ditelinga bunda seperti ada yang berbisik ‘Azam’. Saat itu juga bunda merasa bersalah padamu, kau tak seharusnya disalahkan, sebab kaulah yang akan menjadi masa depan bundamu nanti.
Kau lahir dari rahim bunda pada tanggal 6 Mei 2013, kala itu bunda mengharapkan ada tangan yang menggendongmu dan mengatakan kalau dia ayahmu. Namun kenyataan berkata lain, bayangannya saja yang menemani bunda. Kala pisau operasi menggores bunda, bunda hanya bisa mengucap namanya berulang kali tanpa melihat kehadirannya. Dia seseorang yang bunda cintai nak, namanya melekat dalam hati bunda. Cinta itu tak bisa dilukiskan dengan kata-kata lagi, sebab hati bunda menyimpan beribu perasaan padanya.
Sayangnya orang itu pergi dalam pelukan Tuhan, hanya senyum dan pesannya untuk slalu menjagamu yang tertinggal. Disinilah semua penderitaan kita berawal.
Kau tau azam…. Bunda tersakiti saat dia pergi. Tak ada kalimat slamat tinggal, dan tak ada gapaian cinta terakhirnya. Senyumnya slalu membayang, mengingatkan semua kebahagiaan masa lalu. Tahun 2012 adalah kisah bahagia yang melahirkan kisah pilu tahun 2013. Dia menggores luka luar biasa nak, hanya istigfar dan untaian namamu yang menguatkan bunda.
Bunda berdoa agar dia datang kembali, memeluk bunda dan mencari dirimu. Semua doa itu memang terkabul Zam, Tuhan memang mendatangkan dia kembali. Sayangnya, dia orang lain nak. Dia bukan imam kita yang dulu. Dia meminjam raga ayahmu saja, lalu dia merubah raga itu dengan dirinya yang lain. Kita kehilangan saat ini Zam, kita tidak bisa memintanya kembali. Dia milik orang lain, dia mencintai orang lain dan mencari anak dari orang itu saja.
Bunda memang sakit hati sayang… tapi bunda ikhlas Lillahitaala. Hanya saja saat ini bunda kebingungan menata hati, bunda tak tau harus memulai kehidupan dari mana. Sebab dimanapun bunda berada, bayangan orang itu terus datang. Mengunci batas pikiran bunda dan menikam bunda berkali-kali.
Dalam setiap hembusan nafas bunda, wajahnya selalu merajai di benak bunda. Dia terlalu kejam untuk bunda miliki, dia adalah cobaan bunda yang paling besar. Entah apa maksud Allah memberinya lalu menariknya kembali, bunda hanya bisa berbaik sangka agar kita tak kehilangan arah.
Bunda menerima segala takdir itu sayang, segala kekurangan bunda dan segala peristiwa yang mencoreng nama baik keluarga kita. Kau adalah penyemangat bunda, kau adalah masa depan bunda, dan kau juga yang akan mendoakan surga untuk bunda.
Jika kau sudah membaca surat bunda ini, bunda mohon jangan tanya siapa dia. Biarkan dia bahagia dengan hidupnya nak, yakinlah kau juga bahagia tanpanya. Jangan ada dendam diantara kau dan dia, dia tetap milikmu meski dia tak pernah tau.
Jadilah cinta terbaikku azam… bunda menginginkamu lebih dari hidup bunda. Sebab kau adalah titipan Tuhan dan kau adalah matahari juga air dalam kehidupan bunda. Bagi kami, kau adalah kado ramadhan tahun 2012. Aku mencintaimu selalu.
Lovely
Bunda yova
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H