Â
PEREMPUAN DAN CINTA TAK BERBALAS
Seorang perempuan jatuh cinta tanpa bertemu. Seorang perempuan lemas tak berdaya oleh aura seorang lelaki yang di matanya terdapat sendu. Dia tidak pernah bertemu raganya, namun mencumbu tulisan-tulisan tangan sang lelaki dari surat berkala yang dilihatnya setiap pagi.
Perempuan dengan hijab kelembutan tersebut menyaksikan sendiri bagaimana logika dan hatinya berdebat. Dia terkagum-kagum kepada lelaki yang belum pernah dia sentuh aroma hatinya dari jarak dekat. Dia kebingungan. Apakah ini cinta, ataukah obsesi menggebu karena kehausan abadi yang melanda jiwanya selama ini?
Lalu perempuan cemburu saat sang lelaki bersenda gurau dengan perempuan lainnya. Perempuan yang menjadi teman bermain si lelaki sejak lama. Dia merajuk kepada hujan dan terik mentari. Dia berkeluh kesah manja kepada ranting dedaunan dan puisi pujaan alam. Dia kemudian jengah dan menginginkan si lelaki hanya untuk dia. Hanya untuk hatinya.
Sang lelaki hanya ingin berteman dengan akhlak dan kehalusan hijabnya. Dia tak menginginkan cinta atau hasrat, lalu meminta perempuan menjauh dari rasa kagum terhadap nalurinya sebagai makhluk yang mudah terpedaya.
Tangisnya pecah, amarahnya merajah. Namun perempuan adalah seseorang yang lihai dan cerdas. Dia menerima saat diminta tak mencinta, tetapi dia berintrik dengan ilusi dan memutuskan untuk menjalin persahabatan dengan si lelaki. Dengan cara itu dia akan selalu dekat dengan jiwa si lelaki dan tulisan-tulisan yang dilukisnya. Dia menang, karena tak terbuang. Dia tak kalah, karena bisa terus mendekat sampai dapat merebut hati sang lelaki saat dirinya lengah.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H