Peran Luar Negeri bagi suatu perubahan politik dalam negeri itu sangat menentukan. Tidak hanya pengakuan terhadap kedaulatan Negara, tetapi kebijakan untuk kerjasama, membuka akses ekonomi dan kebijakan2 pajak, import-eksport semuanya akan berpengaruh terhadap ekonomi dalam negeri.
Mengamati calon presiden RI tahun 2014, kita tidak lepas dari pengaruh Negara Amerika. Tentang Amerika kita tahu, memang Amerika adalah negara preman yang suka memalak siapa saja. Amerika sangat berkepentingan ikut menentukan siapa presiden RI untuk mengamankan kepentingannya. Tidak penting banget buat Amerika, mau presiden RI itu diktator, bodoh, pengarang lagu cengeng, korup dsb yang penting kepentingan Amerika tetap terjaga. Pengalaman menghancurkan Soekarno untuk menaikkan Soeharto, mendukung kenaikan SBY menjadikan Amerika kecanduan. Bahkan situasi Megawati lebih mementingkan China dibandingkan Amerika sempat membuat Amerika meradang. China mendapatkan Gas obral pada jaman Megawati, sedangkan Emas, Minyak dan Gas obral ketika jaman Soeharto dan dijaga dengan baik pada jaman SBY.
Konvensi Demokrat sendiri sesungguhnya bukan karena Demokrat sedang mencari presiden. Sudah jelas Demokrat sedang mengalami krisis kepemimpinan, tapi bukan mencari jalan keluar. Konvensi hanya jualan untuk mendongkrak elektabilitasnya. Deskripsi sangat bagus dituliskan oleh Palti Hutabarat di sini.
Bisa dipastikan bahwa SBY itu penganut setia terhadap kebijakan Amerika, termasuk pengamanan kepentingan Amerika di Indonesia. Calon2 yang akan terpilih jelas2 pasti akan mengakomodasi kebijakan melindungi AS. Bisa ditebak kemungkinan besar adalah Pramono Edhie, walaupun kemungkinan lain seperti Dino Pati atau calon yang pro Amerika akan terpilih jika Amerika meminta pemenangnya adalah bukan keluarga SBY. Tentu saja ada deal untuk tetap melindungi SBY dan jaringannya.
Dukungan Amerika untuk SBY dan jaringannya menimbulkan resiko tersendiri. Hal ini disebabkan SBY sudah tercemar dengan citra tidak bersih. Tentu saja hal seperti ini masuk dalam hitungan analisa pihak Amerika.
Kabar terbaru yang diperoleh adalah, Amerika mendukung Jokowi untuk mengajukan diri sebagai Capres, tentu saja dengan deal yang sama yaitu mengamankan kepentingan Amerika. Dalam hal ini terjadi sedikit perbedaan sikap. Kalau SBY dan seluruh jajarannya sudah sepakat dan tidak menjadi masalah jika teken kontrak untuk mengamankan kepentingan Amerika, Jokowi sendiri masih terlihat belum memutuskan walaupun tertarik dengan tawaran itu. Back bone Jokowi sendiri, seorang konglomerat sudah menjalin kontak yang intensif dengan pihak Amerika. Dukungan sudah digelontorkan. Menjadi pertanyaan besar adalah kesediaan Jokowi untuk menyambut deal itu.
Perkembangan selanjutnya masih perlu ditunggu, jika Jokowi deal dengan Amerika bisa dipastikan Demokrat akan benar2 habis. Jokowi hampir dipastikan akan menang dan meraih kursi kepresidenan. Tetapi jika Jokowi menolak, peta pertarungan juga akan bergeser.
Jika jokowi tidak mau dicalonkan menjadi presiden maka ada kemungkinan Amerika akan CLBK dan mendukung entah Pramono (kemungkinan besar), atau calon lain dari Demokrat yang diterima AS. Sedangkan Prabowo jelas sudah ditolak oleh Singapura. Lobby ke AS melalui Yordan terlihat tidak berhasil. Artinya, Gerindra harus berjuang sendiri tanpa bantuan pihak lain. Atau Prabowo menerima jika berkoalisi dengan demokrat untuk tampil secara duet. Disisi lain kemungkinan deal pihak PDIP untuk mencari dukungan China karena selama pemerintahan Megawati, China banyak diuntungkan. Kehilangan Taufiq Kiemas juga merupakan salah satu kehilangan tersendiri bagi PDIP. TK terkenal dengan tangan dinginnya dalam melakukan lobby politik dengan pihak manapun, termasuk Golkar dan kalangan Islam Politik.
Kemungkinan lain adalah Jokowi mau dicalonkan secara resmi dari PDIP, maka Jokowi ada kemungkinan China akan dibelakang Jokowi/PDIP tentu saja dengan deal2 juga. Kalau terjadi scenario ini, pilpres akan berlangsung sangat seru.
Tetapi apapun, Jokowi segera memutuskan ya atau tidak. Karena kalau memutuskan ya, pasti proses membesarkan partai akan mendapat dukungan yang sangat besar dari pihak2 pendukung yang berkepentingan.
Tanda2 itu sudah mulai terlihat jelas :
1.Digantikannya Panglima TNI dan KASAD dari kalangan pro SBY walaupun kurang berprestasi dibandingkan dengan beberapa perwira tinggi lain.
2.Rupiah akan terus memburuk hingga 2014. Hal ini sebagai persiapan untuk membombardir Indonesia dengan dollar.
Jadi siapa bilang presiden RI itu untuk kemakmuran rakyat Indonesia ? siapapun presidennya semua hanya soal kepentingan menjual tanah air kepada pihak asing demi kelangsungan dinasti.
Bagaimana partai2 menengah ? biarlah mereka berebut remah2 yang akan dibagikan. Dukungan itu bisa disederhanakan menjadi dua: Uang dan Jabatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H