Mohon tunggu...
Ayu Sholah
Ayu Sholah Mohon Tunggu... -

hamba Allah yang berkontribusi, I dedicate my life to what? To my country. To what? To my idealism. To what? To God.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Takut jadi Demonstran!!

19 Oktober 2012   11:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:38 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sesuai dengan momentum peringatan 3 tahun kepemimpinan SBY-Boediono, Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, adalah waktu yang tepat untuk sedikit membahas tentang demo. Hal yang sangat vital dalam dinamisasi kehidupan mahasiswa Indonesia. Selain sebagai pengetahuan tentang maksud dari sebuah demonstrasi, juga sebagai pelurusan bahwa demonstrasi bukanlah suatu aktivitas yang keseluruhannya adalah negatif.

Let’s check.. ^^

Demo adalah salah satu bentuk ekspresi intelektualitas yang bertujuan menyampaikan aspirasi kepada penguasa (pemilik kebijakan), demonstrasi ini dilakukan jika kita ingin mendapat perhatian pihak yang dituju, sifatnya secara langsung dan melibatkan massa. Ekspresi intelektualitas yang dimaksud disini adalah demonstrasi dilakukan karena nalar yang jelas, bukannya asal-asalan. Dan aspirasi yang diperjuangkan merepresentasikan kepentingan masyarakat luas.

Apa fungsi demo? Demonstrasi terjadi, karena upaya diplomasi menemui jalan buntu. Demo  dilakukan agar publik mengetahui persis duduk persoalan yang dihadapi  oleh ‘korban’. Dengan begitu, pihak yang menjadi korban, kembali memiliki posisi tawar karena membuka terlibatnya ‘pihak ketiga’ atau publik untuk turut menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Selain itu, demo juga berupaya untuk mencerdaskan publik dalam melihat sisi-sisi lain dari sebuah persoalan. Dan secara politik, demo dapat menjadi alat penekan penguasa. Oleh karenanya, fungsi demo lebih ke arah alternatif atau win-win solution yang bisa diupayakan pihak ketiga atau publik sehingga problem yang dihadapi bisa diatasi. Bila demo memang belum mampu mengubah kebijakan, memang tidak diarahkan mutlak ke sana atau hanya dilakukan sekali saja. Demo yang baik dilakukan secara terus-menerus (berkelanjutan) hingga tujuan tercapai.

Demonstran itu seharusnya mendorong alternatif kebijakan, jalan ketiga permasalahan. Sehingga ideal bila juga membawa solusi bukan sekedar mempermasalahkan masalah. Ini lebih baik bila kita ingin mendorong perbaikan dan perubahan segera.

Lalu bagaimana kalau jalanan macet. Itu masalah, buka demonstrasi-nya yang salah. Meskipun demo dilindungi oleh undang-undang sebagai bagian kebebasan berekspresi namun tetap harus izin aparat terkait. Kalau demo anarkis? Lihat dulu massa aksi, siapa yang mulai terprovokasi dan melakukan provokasi. Di lapangan banyak hal bisa terjadi, bisa yang memicu media massa, aparat, hingga demonstran sendiri yang tersulut emosi.

Kalau demo, bagaimana kuliahnya? Tinggal bagaimana seorang demonstran mengatur waktunya, agar pengabdian kepada masyarakat – sebagai bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi - tak tertunda.

Selain demo, cara lainnya adalah diskusi, riset, menulis, advokasi, audiensi (negosiasi dan lobi), semuanya saling melengkapi. Jangan dipertentangkan. Yang penting misi perbaikan dan perubahan segera tercapai. Lagipula demonstrasi itu bentuknya bukan hanya protes, mendukung kebijakan juga bisa, hingga membantu korban bencana alam (sosial).

Demonstran sejati itu, IPK-nya cumlaude, suka nulis, jago debat (public speaker), risk taker,

pelobi yang handal, pembangun jaringan yang tangguh,

tidak salah kalau masa depan memeluknya.

Mau kuliah S2/S3 di luar okE, mengabdikan diri ke masyarakat sip! Berwirausaha, kerja apalagi.

Demonstran sejati tetap ada walau tak memakai almamater.

Orang tua bangga dan bahagia, karena anaknya bermanfaat luar biasa.

Komunikasikan karya dan libatkan orang tua kita selalu dalam membangun bangsa.

Kita tak bisa sendiri.

luruskan niat dan selalu ingat, jangan nodai tujuan mulia demontrasi dengan kepentingan sesaat!!!

Jadi, disudahi saja pikiran-pikiran negatif tentang demonstrasi, karena semua berawal dari niatan yang baik. Yaaa hanya saja akibat banyaknya kepentingan yang dibawa oleh pihak-pihak yang kurang bertanggungjawab, tidak semua berjalan dengan baik di luar sana. Berdemo itu melatih kita untuk berpikir analitis, praktis dan strategis, kawan. Jangan takut jadi DEMONSTRAN!!!

“Karena tanpa Demonstrasi, tidak akan pernah ada reformasi.”

Salam Karya Bakti untuk Bangsa!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun