Kamu manusia dalam imajinasi yang tak sengaja menjadi nyata, kamu manusia yang dalam nalar sepertinya tak mungkin ada, namun kamu nyata dan sempat singgah, kamu yang selalu bergerak pelan menanam perhatian yang akhirnya hanya jadi kenangan, kamu manusia yang tak pernah luput dalam ingatan, bukankah kita pernah ada dalam satu genggaman, pernah satu tujuan dalam doa, pernah saling memberi semangat dalam keterpurukan, kalau aku ragu kamu mengingatkan kalau kamu ragu aku mengingatkan, bukankah kita pernah saling membimbing dalam kebaikan, kamu menegur ketika aku salah, aku menegur ketika kamu salah. Bukankah kita pernah satu dimensi dalam harmoni?
kita yang pernah berdiskusi tentang konsep hidup untuk masa depan, kita yang pernah saling mengalah dalam perselisihan, kita yang pernah saling memahami pada perbedaan, kita yang pernah saling kawatir jika dalam 24 jam tak saling kirim kabar, kita yang pernah tertawa bersama menertawakan hal yang sebenarnya tak lucu, kita yang pernah saling mengagumi, kita yang pernah lupa waktu saat larut dalam obrolan berjam-jam hanya untuk membicarakan berbagai jenis makanan yang aku tak tau rasanya.Â
Kita yang pernah berdiskusi, membahas tentang rencana akad sebaiknya pakai bahasa apa, sesederhana itu membuat sebuah kesenangan, membuatku tersenyum sendiri mendengar kamu mengajariku kata per kata.
Terima kasih, suatu saat kita akan punya kehidupan masing-masing, kamu dengan keluargamu, aku dengan keluargaku, kamu dengan cerita barumu, aku dengan cerita baruku. Jaga kesehatan, aku tak bisa lagi cerewet untuk mengingatkanmu. Manusia berubah, tapi ingatan tidak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI