Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Papaku Ternyata Orang yang Misterius (Lanjutan)

31 Januari 2018   13:06 Diperbarui: 31 Januari 2018   13:20 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Romo Loogman orang hebat. Sejak magnet itu ditanam, penyakit pusing Papa tidak pernah datang lagi."

"Tapi kalau Papa cuma pasiennya, kok Romo itu mau-maunya datang ke sini untuk membesuk?"   

"Kami berdua jadi berteman karena ada proyek yang kita kerjakan bersama. Romo Loogman memiliki sebuah buku kuno dalam bahasa latin. Karena isinya bagus, Romo ingin menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Dan dia meminta Papa untuk membantu dia."

"Papa bisa bahasa Latin?" Saya takjub bukan main. Saya yang sangat merasa dekat dengannya ternyata sama sekali tidak tau apa-apa tentang Ayah saya sendiri.

"Yah... Papa mengerti sedikit-sedikit. Tapi buat Romo itu sudah cukup membantu."

Entah kenapa saya jadi sedikit kesal sama Papa. Dan kekesalan itu membuahkan pertanyaan yang pasti tidak enak terdengar di telinga, "You know a lot of people, you know Mr. Liem. You cultivate red fruit in Papua, you can speak Latin, why I never know all of that?"

Dengan santainya Papa menjawab, "You never asked."

Kami terdiam, larut dengan pikiran masing-masing. Pikiran saya campur aduk tidak keruan. Semakin banyak mengetahui tentang Papa, saya merasa semakin tidak mengenalnya. Tapi di lain pihak saya semakin kagum. Kekaguman yang membuat saya semakin mencintai tapi sekaligus membuat merasa asing dengannya.

"Okay, back to Pak Liem? He is a tycoon, how do you know him?"

"Hmm, it's a long story."

"We have a long time, Papa!" kata saya terus mendesak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun