Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Proses stunting terjadi sejak ibu mulai mengandung hingga 1000 HPK atau 2 tahun. 80 % proses pembentukan otak anak terjadi saat usia 2 tahun pertama, oleh karena itu seluruh asupan makanannya berperan penting dalam membangun proses tumbuh kembang buah hati. Walaupun ditengah pandemi COVID - Â 19, mahasiswa Universitas Jember tidak berhenti untuk melakukan upaya -- upaya perubahan sebagai agent of change. Melalui program Kuliah Kerja Nyata berbasis Back To Village, mahasiswa berkesempatan meningkatkan taraf kualitas sumber daya masyarakat di desa masing - masing, salah satunya dengan melakukan program pencegahan stunting dengan edukasi gizi seimbang bagi anak dengan pemenuhan Makanan Pendamping ASI yang tepat di Desa Dasri (Tegalsari - Banyuwangi).
Pelaksanaan program sosialisasi kali ini berfokus pada mitra sasaran (1 keluarga) yang memiliki masalah terkait pemenuhan gizi pada anak.Â
Promosi pencegahan melalui sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran keluarga akan dampak bahaya stunting bagi tumbuh kembang anak, bukan hanya berfokus pada pola makan atau ketahanan pangan namun juga terkait pola asuh, lingkungan sosial, dan sanitasi lingkungan.Â
Program sosialisasi kesehatan kali ini diberikan kepada mitra sasaran dengan judul materi "Pemenuhan Gizi dengan MPASI Tepat untuk Buah Hati".Â
Program ini bermaksud untuk mengedukasi ibu ataupun keluarga bahwa pemberian MPASI bukan hanya dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan pangan bagi anak semata, melainkan harus memperhatikan nutrisi yang terkandung, tepat waktu, adekuat, serta aman dan higienis karena pemberian MPASI dini (kurang dari 4 bulan) dapat meningkatkan risiko kekurangan nutrisi dan meningkatkan risiko diare ataupun penyakit lain karena bayi hanya menerima lebih sedikit faktor proteksi yang terkandung dalam ASI, dan pemberian MPASI terlalu lambat (lebih dari 7 bulan) pun berisiko meningkatkan risiko gagal tumbuh dan kekurangan gizi mikro.
Ny. Fitri (Primipara, 27 th) sebagai mitra sasaran mengatakan bahwa selama mengikuti pendampingan edukasi kesehatan terkait stunting ia dapat mengetahui dan memahami apakah itu stunting dan pentingnya MPASI, dimana masa peralihan dari ASI menjadi MPASI seringkali menunjukkan fase kritis seperti malnutrisi yang dapat menyeababkan anak menjadi stunting.Â
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa dapat mengetahui bahan apa saja yang dapat dibuat menjadi MPASI ataupun yang tidak direkomendasikan untuk MPASI, serta inovasi dan resep MPASI sesuai usia anak.Â
Salah satu outcome yang dihasilkan dari edukasi kesehatan ini adalah finger food : nugget sapi yang menggunakan 250 gram daging sapi atau setara dengan 720 kalori, 48.85 gram lemak, dan 65.82 gram protein; yang dicampur dengan wortel, bayam, dan tepung -- tepungan sebagai sumber karbohidrat. Semoga dengan dilaksanakannya promosi edukasi kesehatan ini dapat mengurangi angka prevelensi stunting secara berkelanjutan.