Dualisme di persepakbolaan Indonesia kembali terjadi, PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) mendapat lawan tanding, yaitu KPSI (Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia).
Rasa egois dan mengaku paling benar kedua belah pihak membuat bingung masyarakat Indonesia, saling menuding menjadi bumbu untuk menjatuhkan lawan. Tidak bisakah mereka menyatukan pendapat dan berjalan beriringan bersama? atau mungkin mereka saat sekolah dahulu tidak mendapat pelajaran Pancasila? Masyarakat hanya bisa geleng-geleng kepala dan berujar mau dibawa kemana sepakbola kita?
Bila terus-menerus begini suatu saat sanksi FIFA akan menjadi tamparan keras untuk persepakbolaan Indonesia, tentunya masyarakat akan sangat kecewa di tengah impian mereka melihat timnas berpretasi. PSSI dan KPSI harus sadar diri agar hal-hal buruk akibat pertikaian mereka dapat dicegah, mereka harus bisa mencari titik temu, dan meredam rasa ingin menang sendiri.
Di tengah dualisme persepakbolaan Indonesia, program pembinaan pemain muda mulai menjadi sorotan. Penampilan timnas U-23 di Sea Games 2011 dan timnas U-21 di Piala Sultan Hassanal Bolkiah, membuka mata bangsa ini tentang pentingnya pembinaan pemain muda untuk membuat timnas yang kuat di masa depan, apalagi melihat Malaysia yang sudah mulai menuai sukses dengan program pembinaan pemain muda mereka. Para petinggi pengurus sepakbola Indonesia seharusnya saling bahu-membahu memperbaiki persepakbolaan tanah air, agar bermain di piala dunia bukan hanya sekedar mimpi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H