Mohon tunggu...
Yosua DeoBasado
Yosua DeoBasado Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia biasa

Hanya untuk bersenang-senang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rencana Tuhan Pasti Indah

5 April 2022   10:11 Diperbarui: 5 April 2022   10:25 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencana Tuhan Pasti Indah 

Seli deg-degan memegang bungkusan coklat yang ia sembunyikan di balik badan. Ia menunggu Rendy selesai bermain basket di lapangan dalam sekolah. Seli mengucapkan dalam hati.

"Ayo, kali ini aku pasti bisa, jangan biarkan kesempatan kali ini gagal seperti kesempatan yang sebelumnya."

Waktu Seli berbicara dalam hati, terdengar suara peluit tanda berakhirnya permainan. Waktunya Seli beraksi. Seli menghampiri Rendy yang sedang mengusap keringat di wajah menggunakan selembar handuk putih itu.

"Eh, ada Seli. Kenapa, Sel? Tumben ke sini." tanya Rendy waktu Seli datang menghampirinya.

Seli gugup, seketika cara berbicaranya terbata-bata seperti orang gagap, " A-a-aku, i-i-ingin bi-cara."

"Bicara apa, Sel? Kok gugup gitu? Ada masalah?" jawab Rendy. " A-aku ha-hanya ma-u mem..." belum selesai Seli berbicara, ada rombongan cewek yang menghampiri Rendy dengan antusias. "Rendy!!!" begitu teriakan yang Seli dengar.

Perhatian Rendy langsung terarah ke arah suara tersebut. Rendy perlahan lupa kalau Seli belum selesai berbicara dengannya. Suara Seli hilang tenggelam oleh gelombang teriakan rombongan tersebut. Perlahan,  Seli menjauh meninggalkan mereka. Rendy tidak menyadari bahwa Seli sudah tidak ada di sampingnya. Seli merasa minder karena ia merasa kalah cantik, kalah hits, dan kalah harta. Memang, Rendy termasuk anak yang famous di sekolahnya. Selain, lihai bermain basket Rendy juga tampan dan pandai bermain alat musik yang membuat semua cewek makin klepek-klepek dengannya.

Seli duduk di bawah pohon beringin. Mata Seli menatap sebungkus coklat yang diikat rapi dengan pita berwarna biru itt. Perlaha, ada setetes air menghujani pita tersebut. Itu adalah air mata Seli. Seli menangis karena ini bukan kali pertama ia gagal mengungkapkan cintanya. Seli sadar bahwa ucapan Dila memang benar. Ia tidak seharusnya berjuang hingga seperti ini. Rendy itu bagaikan bintang yang bersinar terang, bisa dilihat namun sulit untuk digapai, bahkan mustahil.

"Seli!!!" Terlihat Rendy yang sedang berlari menghampiri Seli. Seli segera membuang muka dan mengusap air mata yang ada di wajahnya.

" Ada apa, Ren?" Seli berusaha tersenyum, menutupi rasa sedihnya. " Tadi, kamu mau bicara apa? Eh, ada coklat, buat siapa tuch? Seli lupa menyembunyikan coklat tersebut, "Eh bukan buat siapa-siapa kok. Em..udah dulu ya, aku mau pulang." Seli bergegas pergi meninggalkan Rendy yang dipenuhi rasa penasaran tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun