SAMBAT - SAMBUT...lalu apa? Mari kita kembali melihat lagi apa yang dilakukan oleh Raja Daud! Ia menyambut perasaan itu dan mengolahnya dengan sebuah sikap yang amat sangat biajaksana. Ia memilih untuk menuangkan keluh kesahnya itu kepada Sang Penciptanya, karena ia tahu bahwa hanya berkeluh kesah kepada Sang Pencipta sajalah , ia akan menemukan kekuatan dalam menghadapi kesesakan yang melanda. Kesadaran akan kasih setia dari Sang Pencipta inilah yang membuat Raja Daud menjadi percaya dan imannya serta kekuatannya bangkit lagi, sehingga keluh kesahnya tergantikan dengan ucap syukur yang kemudian menggerakkannya untuk bangkit kembali.
Ternyata setelah menyambut perasaan lelah itu, masih ada sebuah pilihan besar bagi kita. Membawanya kepada Sang Pencipta sehingga bisa menemukan rasa SYUKUR dibalik himpitan atau menggiring perasaan itu kepada hal-hal lain yang bisa berujung pada tindakan destruktif?
Kawan, dalam menjalani lika-liku kehidupan ini tidak jarang keluh kesah meluncur dari mulut dan menguasai pikiran kita, manakala menghadapi berbagai persoalan dan himpitan kehidupan. Sekali lagi ini wajar dan normal dalam kadar tertentu, namun bukan hal yang bijaksana apabila menjadikan sambatan/keluh kesah itu sebagai kebiasaan hidup kita.
Sambatan/keluh akan ada artinya bila kita mau menyambut dan mengolahnya menjadi rasa syukur yang membangun hidup ini. Dan akan menjadi tidak ada gunanya dan tidak ada artinya apabila hanya berkeluh dan berkeluh tanpa mau mencari solusi untuk menyelesaikannya. Yuk sambut sambatanmu dan ubah menjadi rasa syukur!
Happy Friday!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI