Selasa malam yang lalu, ditengah hujan lebat yang mengguyur kota Bekasi, saya dan istri serta si bungsu, Â kami nonton sebuah film yang judulnya cukup menggelitik buat kami. Sound of Freedom.
Film ini bergenre crime dan thriller yang dirilis Angel Studio dan di sutradarai oleh Alenjandro Monteverde. diangkat dari kisah nyata dengan latar belakang penculikan anak-anak yang banyak terjadi di Honduras.Â
Kakak beradik, Rocio dan Miquel dijemput  oleh seorang Wanita yang mengaku dari sebuah agensi yang sedang mencari anak-anak berbakat untuk diorbitkan sebagai model. Diantar oleh ayahnya, Roberto  yang senang menyaksikan anak-anaknya akan mendapat kesempatan untuk menjadi terkenal. Ketika ia akan menjemput anak-anaknya sesuai dengan waktu yang ditentukan, Roberto mendapati bahwa ruangan yang dipergunakan untuk pemotretan tadi sudah kosong dan ia tidak menemukan anak-anaknya, mereka telah diculik, Roberto di tipu.
Ditempat lain, seorang polisi, Tim Ballard yang diperankan oleh Jim Caviezel berhasil meringkus  seorang pedofil yang sedang melakukan transaksi jasa seksual. Perkataan rekan menyadarkannya. Banyak kasus kejahatan seksual terhadap anak-anak sudah diungkapkan oleh Tim tetapi tidak dapat menyelamatkan anak-anak dari eksploitasi dan kejahatan seksual.Â
Tim Ballard dengan kepekaan nya sebagai seorang polisi mengetahui bahwa transaksi ini pasti melibatkan sebuah sindikat besar. Bersahabatlah Tim dengan pedofil ini dengan tujuan untuk mengungkap dan membongkar sindikat ini. Insting Tim Ballard ternyata benar, terkuaklah sebuah fakta mengerikan dan menjijikan bahwa prostitusi yang melibatkan anak-anak, laki-laki dan perempuan sebagai obyek seksual adalah kejahatan yang serius.Â
Melalui sebuah Razia wilayah perbatasan, Tim Ballard berhasil menyelamatkan Miquel, anak laki-laki yang berumur 8 tahun yang diculik bersama kakaknya dan sudah beberapa waktu mengalami kekerasan seksual.
Tim Ballard berhasil mempertemukan Miquel dengan Roberto, ayahnya. Dibagian ini hal yang sangat emosional ditunjukkan oleh Roberto, betapa ia kehilangan anak perempuannya. Rasa empati dan kepedulian Tim Ballard menggerakan hatinya untuk melakukan sebuah investigasi dan misi penyelamatan, menemukan Rocio, gadis malang yang sebaya dengan putrinya.
 Tim Ballard bertolak ke Cartagena, Kolombia. Bekerja sama dengan Vampiro, seorang akuntan kartel yang menjadi pejuang penyelamat anak. Karena misi penyelamatan tersebut tidak membuahkan hasil, Tim Ballard diultimatum untuk menutup kasus tersebut dan kembali kepada kesatuannya. Tetapi Tim Ballar mengambil resiko besar, ia mengundurkan diri dari kesatuannya dan tetap dalam misi untuk menyelamatkan anak-anak yang diperjual belikan sebagai budak seks.
Dalam misi penyelamatan itu, mereka menghadapi kondisi yang berbahaya, penuh trik dan intrik untuk mendapat kepercayaan dari sindikat penjualan anak. Lokasi penjebakan disiapkan disebuah pulau yang digadang sebagai sebuah resort yang akan disiapkan sebagai tempat pesta seks dengan imbalan uang yang sangat besar, membuat sindikat tersebut masuk perangkap dan  anak-anak tersebut berhasil diselamatkan, tetapi disana tidak ada Rocio.
Dari informasi yang didapatkan dari seorang pelaku bahwa Rocio telah dijual kepada sekelompok pengacau keamanan yang keji dan ditakuti. Tidak ada seorang pun yang dapat masuk wilayah mereka sebab taruhannya adalah nyawa.
Satu-satunya yang mungkin dapat masuk ke wilayah para pengacau keamanan itu adalah sebagai tenaga medis yang akan memberi vaksin kolera, penyakit yang sangat menular diwilayah pegunungan. Tim Ballard mengambil resiko menyamar sebagai tenaga medis untuk menemukan Rocio. Setelah melalui pengalaman yang menegangkan dan penuh resiko, Ricio berhasil diselamatkan dan Kembali berkumpul dengan ayah dan adiknya, Miquel.
Sebuah pesan diakhir film yang sangat menyentuh dan membukakan mata bahwa perbudakan seksual yang melibatkan anak-anak adalah sebuah kenyataan pedih yang masih terjadi diseluruh dunia.Â