Mohon tunggu...
Yosua T. Wiharjo
Yosua T. Wiharjo Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar dan terus belajar

Penikmat seni dan kuliner yang menggunakan kompasiana sebagai tempat mencurahkan ide dan gagasan yang diharapkan memberi inspirasi dan insight kepada yang membacanya.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Bursa Kue Subuh Pasar Senen, Nostalgia Lagi

25 Januari 2024   21:36 Diperbarui: 25 Januari 2024   22:03 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami sekeluarga mempunyai kenangan yang manis dengan tempat ini. Sudah banyak hal yang berubah dari tempat yang sudah melegenda dikalangan pecinta kuliner yang harganya cukup murah tetapi enak.  

Sejak tahun 1991, keluarga kami memulai merambah dunia kuliner setelah usaha kelontong papa mengalami kebankrutan.  Papa dan mama membuat kue srikaya dan bakpau dengan beberapa varian rasa, kacang hijau, kacang tanah dan kentang.  Membuat kue dalam jumlah yang cukup banyak. Kami kakak beradik mempunyai tugas masing-masing sampai kue tersebut matang dan siap dikemas. 

Bagi saya yang masih anak yang beranjak remaja, rasanya tugas tersebut cukup menyebalkan. Karena teman teman sebaya saya sedang asik dilapangan sepak bola tetapi saya harus berjibaku dengan tepung terigu dan pernak perniknya. Satu pesan dari papa, "Kalau mau sekolah, harus bantu bikin kue." pernah satu waktu papa mendapat pesanan kue sampai 1000 buah, itu menjadi hari yang melelahkan bagi kami sekeluarga, masih teringat bagaimana dus kue disusun sampai masuk kekamar tidur kami.

Papa yang menjual kue tersebut di bursa Kue Subuh Senen. Setiap hari, pukul 03.00 dini hari, sementara orang lain masih terlelap papa sudah harus bersiap membawa dagangan kue, ditemani oleh tukang bajaj langganan papa. Setiap hari papa menjalani rutinitas yang sangat melelahkan itu. 

Musim hujan adalah saat yang menyedihkan karena tidak ada tenda, maka papa harus membuat tenda darurat agar dagangan kue kami tidak rusak, tidak peduli tubuh basah kuyub. Saat liburan sekolah saya pernah beberapa kali diajak papa untuk berjualan. Karena saya masih mengantuk, papa gelar potongan-potongan kardus diemperan toko yang masih tutup di pagi buta itu supaya saya bisa tidur disana. Rebahan sambil memandang papa yang sedang melayani pembeli dipagi buta sambil sesekali bercengkrama dan bergurau dengan sesama penjual, rasanya sangat mengharukan. 

Ah, bertahun tahun sudah berlalu dan pernah mengunjungi lagi bursa kue subuh sambil mencari dan mengingat lagi tempat dimana papa berjualan dulu, ternyata semua sudah berubah dan sangat berbeda. setiap tempat pasti ada sejarah dan ada kenangan yang tersisa, menjadi pembelajaran hidup yang sangat berarti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun