[caption id="attachment_171288" align="alignleft" width="358" caption="Lokakarya Desa Membangun di Mandalamekar"][/caption] Pangan dan energi bisa menjadi persoalan besar bagi masyarakat desa bila tidak diantisipasi sejak dini. Banyak area produktif pangan, seperti sawah dan kebun, telah beralih menjadi area permukiman. Bila sebelumnya Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor minyak, juga menjadi pengimpor bahan bakar minyak. Demikian pendapat Joko Waluyo, Staf Ahli Kemitraan, pada pembukaan Lokakarya Desa Membangun, 11-12 Februari 2012 di GOR Desa Mandalamekar, Jatiwaras, Tasikmalaya. Selain Joko Waluyo hadir sebagai narasumber A Budi Satrio (Kepala Desa Melung), Antok Suryaden (Blogger Nusantara), dan Sungging Septivianto (Dewan Kehutanan Nasional). Joko Waluyo berpendapat pemerintah desa bersama warga harus mulai memetakan sumber-sumber pangan dan energi supaya mampu mengatasi dua krisis di atas. Pada krisis 1998, warga desa mampu bertahan karena mereka memiliki ketahanan pangan yang bagus. "Meski tak punya uang, untuk kebutuhan makan dan minum tidak terganggu. Itu membuktikan desa paling siap hadapi krisis," ujarnya. Pemetaan sumber daya desa makin mudah dengan dukungan teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK). Joko Waluyo kagum dengan langkah yang diambil oleh Desa Mandalamekar dalam menerapkan sistem informasi perdesaan melalui perkawinan media, seperti radio komunitas, selebaran, website desa, dan pertemuan-pertemuan rutin. "Desa ini memiliki semua prasyarat sebagai desa teladan. Mereka punya perencanaan pembangunan desa yang jelas, tata layanan pemerintah yang bagus. Pemerintah Tasikmalaya harusnya bangga punya desa ini," tambah Joko. [caption id="attachment_171295" align="alignleft" width="300" caption="Para Kepala Desa penggagas Desa Membangun menanam pohon di hutan Karangsoak, Mandalamekar"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H