Kesepian itu juga memberinya waktu untuk merenung, membayangkan dunia di mana ia bukan hanya sekadar "tukang gorengan". Dalam khayalannya, ia adalah seorang pembuat keputusan, seseorang yang punya suara dan dihormati. Tapi setiap pagi, khayalan itu menguap begitu ia menyalakan kompor gas dan mulai menggoreng.
Apakah Kang Juhi bahagia?
Bahagia mungkin bukan kata yang tepat. Tapi ia tetap berjalan, melawan sepi dengan tawa kecil yang ia ciptakan sendiri. Sebab, dalam kesunyian itu, ia menemukan satu hal yang tak bisa diambil siapa pun: dirinya sendiri.
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H