Mohon tunggu...
Yossi Zaskia
Yossi Zaskia Mohon Tunggu... Jurnalis - @yossizm

Nothing last forever we can change the future.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Trauma Korban Konflik Papua

2 Desember 2019   14:37 Diperbarui: 2 Desember 2019   15:03 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Trauma dan dendam konflik horizontal yang terjadi saat "Wamena Berdarah" pada tahun 2002 menyebabkan masyarakat masih ada yang mengingat kejadian itu. Dimana konflik horizontal antara pendatang dengan pribumi, terjadi pembantaian besar-besaran.

Awal pekan lalu, seperti dilaporkan antara Direktur jenderal perlindungan dan jaminan sosial kementerian sosial Harry Hikmat mengatakan "bantuan yang ada di gudang Wamena sudah terdistribusikan ke pengungsi Nduga" bantuan ini termasuk beras, minyak goreng, pakaian sekolah yang totalnya Rp. 36 Miliar (tirto.id).

Korban pengungsian belum mendapatkan penanganan pelayanan penyembuhan trauma. Para korban juga semakin nelangsa karena mereka tinggal di gubuk-gubuk yang di bangun sendiri. Sementara pengungsian makin memprihatinkan karena pasokan makanan yang semakin menipis. 

Trauma yang di alami para warga lebih dalam di banding, trauma orang-orang yang terkena bencana alam. Mereka yang terdampak bencana alam dalam derajat tertentu akan lebih tegar karena sadar "bencana itu fenomena alam".

 Trauma yang dirasakan warga Papua kemungkinan besar terjadi karena kehilangan rasa aman. Ini penting pula bagi pemerintah untuk menghilangkan sumber rasa tidak aman tersebut. Seharusnya pemerintah tidak hanya memberikan bantuan berupa material, tetapi juga pemerintah seharusnya memberikan bantuan untuk pemulihan trauma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun