Mohon tunggu...
Yossie Fadlila Susanti
Yossie Fadlila Susanti Mohon Tunggu... Guru - Pendidik PAUD

Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Bulan Ramadanku ke 27

24 Maret 2023   19:24 Diperbarui: 24 Maret 2023   19:35 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Koleksi Pribadi

Oleh : Yfs

      Masa kecilku,  aku habiskan di Kota Semarang. Dari SD hingga aku kuliah. Lingkungan tempat aku tinggal, sebagian besar beragama muslim. Semenjak kecil aku sudah terbiasa mendengar suara adzan, sholawat, dan anak-anak mengaji. Teman-temanku hampir semua beragama muslim, sedang aku sendiri beragama Katolik.

     Ketika Bulan Bulan Puasa tiba, Masjid di kampungku saat itu akan sangat ramai dengan berbagai aktifitas. Jarak dari masjid ke rumahku nyaris 1 Kilometer. Tapi karena rumahku berada di tempat yang cukup tinggi, jadi suara lantunan adzan dan anak mengaji dari pengeras suara terdengar dengan jelas. Terganggu? Oh tidak ... Selama ini kami sekeluarga tidak pernah merasa terganggu dengan suara-suara dari masjid. Malahan aku jadi bisa hafal hafal sholawat dan adzan yang dikumandangkan setiap hari.

     "Sik tak sholat sik sediluk ya?" kata temanku ketika pamit saat bermain bersamaku, dengan logat khas Semarangannya. 

      Aku dengan setia menunggu mereka menyelesaikan sholatnya. Kehidupan beragama di wilayahku cukup mempunyai toleransi tinggi antar sesama umat. Perbedaan agama tidak menjadi penghalang kehidupan dan kerukunannya.

       Syukurlah, pada waktu itu aku tumbuh dalam keluarga besar yang juga sangat toleran kepada semua agama. Di antara saudara ayah-Ibuku hanya kami yang beragama Nasrani. Masa kecil mengasyikkan yang selalu aku ingat adalah saat tiba Hari Raya Lebaran. Seperti halnya anak-anak pada umumnya, mempunyai baju baru adalah hal yang sangat membahagiakan. Kalau jaman sekarang, setiap saat membeli baju barupun bisa. ... wkwkwkwk. Demikian pula saat keluarga besarku sedang berbuka puasa, akupun selalu ikut nimbrung berbuka puasa. Ha ha ha ... anak kecil tahunya ada es campur yang menggiurkan serta beraneka jenis jajanan khas Semarang langsung sikat deh.

      Semakin menginjak dewasa, melalui perjalanan panjang nan meliku, akupun menemukan jodohku dan menikah secara Islam. Kedua orang tuaku tak pernah merasa keberatan dengan hijrahku menjadi seorang Muslimah.

       Alhamdulillah, tahun ini adalah Bulan Ramadanku yang ke 27, kok 27? Iya, sejak menikah dan menjadi mu’alaf  27  tahun yang lalu ini adalah Ramadan ke 27 yang aku jalani bersama suamiku. Sebenarnya kalau dihitung dengan penanggalan Islam lebih sih ... hitungannya. Tapi biar mudah untuk mengingatnya, aku hitung saja dari sejak aku menikah.

       Awal menjalani puasa, terus terang aku merasa tersiksa dan tak nyaman. Karena saat itu aku sedang belajar, bagaimana cara menjadi seorang Muslimah.  

       Alhamdulillah, di lingkungan Perumahan aku bertemu dengan seorang ustadzah yang dengan sabar membimbingku mulai dari belajar membaca alif, ba, ta hingga sampai katam Al Qur'an.    Dari beliaulah aku belajar banyak,  mengikuti  berbagai kajian dan bertemu teman-teman yang sangat baik.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun