Melihat iklim politik di negeri ini, sungguh sangat menarik untuk di nikmati dan di manfaatkan oleh para pelaku pragmatis yang materealis. Mulai dari politisi, pengusaha, pemodal asing, media, Organisasi Masyarakat, dan bahkan sudah sampai kepada mahasiswa dan pemuda yang melibatkan diri mencari keuntungan dalam pelaksanaan pilpres 2014.
Semuanya sudah mengambil peran dalam politik praktis termasuk di dalamnya adalah kaum intelektual yaitu mahasiswa. Kaum ini sudah melibatkan diri dan tergabung dalam kelompok gerakan mahasiswa yang mendukung nama calon presiden. Namun melihat kondisi realitas saat ini dengan melibatkan logika, sepertinya mereka yang tergabung didalamnya tidak mungkin adalah seorang yang benar-benar sukarela dalam mendukung calon presiden. Mengorbankan waktu, pikiran, materil dan tenaga hanya untuk menggalang dukungan ke masyarakat.
Apakah ini memang yang katanya adalah “Pesta demokrasi”. Semua komunitas sepertinya sudah saling sikut-sikutan dalam mendukung, menunjukan mana yang hebat dan lemah, mana yang pintar dan bodoh, mana yang benar dan salah. Merasa hebat dengan atribut-atributnya yang mungkin dibeli oleh asing dan kapitalis. Masyarakat sepertinya sudah terbelah-belah, tercerai berai hanya karena berbeda pilihan. Ini kah yang namanya pesta demokrasi, yang akan banyak melahirkan permusuhan-permusuhan, kerusuhan, dendam dan konflik saudara.
Melihat kondisi saat ini harus ada yang berperan dalam mengurangi arus konflik dan amoral akibat politik praktis, yang tentu disitu seharusnya dilakukan oleh agen of change and control yaitu mahasiswa. Mahasiswa seharusnya tetap menjaga nilai suci independensinya dalam artian, adalah tetap netral dan tidak memunculkan bentuk sikap dukungan terhadap calon presiden manapun. Sebagai kelompok yang tercerahkan, intelektual, dan masih belum banyak memiliki mempunyai tanggung jawab melalui aktivitas diskusi-diskusi dan pengkajian terhadap hal apapun dalam penyelenggaraan pemilu ini seharusnya bersama-sama mengambil peran sebagai kelompok yang menetralisir perdebatan-perdebatan antar kelompok masyarakat, menetralisir media. Memberikan gagasan-gagasan politik yang konstruktif, melakukan pengawalan terhadap hal-hal yang menyimpang dalam penyelenggaraan pemilu, dengan tetap berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945 serta Alquran dan Hadist.
Politik tak seharusnya melibatkan mahasiswa, dan mahasiswa tidak perlu terlalu jauh dalam ikut serta dalam politik, apalagi dalam hal ini politik praktis lah yang kental mengiringi jalannya pemilu 2014. Sudah saatnya mahasiswa menciptakan aspirasinya dengan memikirkan nasip rakyat-rakyat miskin, pemuda yang tak kerja dan anak-anak yang belum menikmati pendidikan.
Sudah saatnya untuk meninggalkan kesenanganmu, pacar-pacarmu, uang-uangmu, minuman kerasmu, alkoholmu, gitarmu, kondommu, video-video pornomu, kartu judimu. Dan ambilah alqur’anmu, penamu, bukumu, bacalah, diskusilah, dan tulislah gagasan-gagasan untuk memperbaiki bangsa ini. Sampaikan ayat-ayat Alqur’an dan hadist kepeda mereka yang menyampingkan kebenaran dan munkar. Sangat merindu membaca tulisan-tulisan mahasiswa dan pemuda yang mengisi media-media cetak dan online dengan gagasa-gagasan intelektualnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H