Mohon tunggu...
Jo WgW
Jo WgW Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Penulis Bebas

Penulis dan menyukai literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Museum Perjuangan Bogor Ada Ex Mayor Alex Kawilarang

10 Juli 2022   20:21 Diperbarui: 12 Juli 2022   17:25 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

img-20220708-091328-62caf50151d76441d36cf984.jpg
img-20220708-091328-62caf50151d76441d36cf984.jpg
img-20220710-235243-62cb03f8bb448665832e94b3.jpg
img-20220710-235243-62cb03f8bb448665832e94b3.jpg
Seribu langka berolahraga menyusuri alun-alun Kota Bogor,  jalanan terasa  leluasa, bersautan suara ayam jantan berkokok begitu keras, suara irama  merdu berbagai jenis burung yang memandu arah langka saya, kemudian lalu lalang kendaraan tak begitu banyak terlihat, pada umumnya orang  suka berolahraga di kesunyian pagi untuk menyambut terangnya matahari demi mencari kesehatan  jasmani, udara pagi memang sehat, karena  pohon-pohon raksasa tumbuh subur terpelihara dan tertata rapih sebagai pemandangan yang indah di tenga Kota untuk  menetralisir ketersedian O2 dan memberikan cadangan air bagi manusia dan Ibu Kota Jakarta, terlihat sungai yang bersih  ramah lingkungan. saya hanya  menikmati anugrah millik sang Maha Kuasa, sehingga  Dia memberikan  pemandangan yang luar biasa akan alam, dengan  tetesan keringat yang mendidih meluap keluar dari sekujur pori-pori tubuh saya, dan mulai membasahi sampai ke ujung bulu-bulu rambut sampai ke pakaian saya. 

Olahraga pagi saya terasa  begitu lama, karena fisik tidak memungkinkan untuk dilanjutkan lagi oleh terik panas matahari sudah agak kesiangan sekitar jam 10, sehingga saya mulai merasakan dehidrasi, sayapun beristirahat menstabilkan fisik dan pernapasan saya. 

Kendaraan  pribadi roda empat, roda dua, Oplet  Mini, kuda bendi  dan becak mulai  menghiasi dan memadati jalanan besar di lingkaran Istana Presiden, beberapa pelayanan aktivitas publik mulai dibuka,  di dekat stasiun kereta api  alun-alun Kota Bogor, saya melihat dari jauh dan penasaran dengan bangunan tua yang bertuliskan ejaan orde lama yang bertuliskan"Museum Perjoeangan  Bogor" rasa ingin tahu sayapun  mencoba menjejaki  dan berkunjung bak wisatawan lokal. 

Sayapun masuk di gedung tua tersebut, jarak pintu dari loket  dekat, kemudian saya disambut oleh penjaga gedung, namanya bapak Beni, biaya pengunjung hanya 15 ribu. Bapak Benk mengatakan kepada saya: " kalau mau melihat-lihat dan  mendokumentasi, ada juga   peninggalan para pejuang tokoh  Sunda  Bogor di lantai 2."

Ketika saya berkeliling  area  museum sembari berdiskusi dengan bapak Beni, bapak Beni memberikan penjelasan soal sejarah latar belakang berdirinya museum tersebut, kata pak Beni: "intinya tempat museum Perjuangan Bogor adalah tempat yang sakral di tanah Sunda...coba lihat beberapa senjata pedang, antik kris Jawa kuno dan pakaian yang robek yang bersimbah dara, itu adalah pakaian Jendral dan Perwira dan tokoh-tokoh masyarakat Bogor yang sengaja di pajang, ada juga sisa amunisi senjata berat buatan Eropa  bekas peninggalan  sekutu Belanda,Inggris dan jepang,"  saya merinding melihat koleksi beberapa benda antik   dan memang sengaja tidak bisa mengabadikan dan memfoto untuk di show on, tapi yang lainnya saya bisa  mendokumentasikannya untuk berbagi kepada pembaca.

Secara khusus saya tertarik melihat dan mengabadikan foto tokoh pahlawan asal Manado  almarhum Mayor. Alex Kawilarang, perintis Kopasus ia juga kontroversi pernah menampar Soeharto, beliau juga adalah Pejuang Panglima  Permesta yang menuntut otonomi khusus tiap daerah dan menentang PKI.  Beliau begitu di hargai jasa-jasa perjuangan di tanah Bogor ketika pernah menjabat sebagai Komandan Divisi Siliwangi. 

Inilah yang menjadi bukti bahwa putra Minahasa amat di perhitungan dan dihargai di tanah Bogor yang disimbolkan sebagai  Pejuang Bogor oleh karena keberanian dan kejujuran sebagai pimpinan idealis ciri khas tuama Minahasa. Kepribadiannya begitu diterima untuk memperjuangkan hak sipil demi keutuhan tanah air dari melawan penjajahan. maka dari itu Perlawanan dan pergerakan masyarakat Bogor kala itu tidak berbeda jauh dengan perlawanan pejuang daerah-daerah lainnya, ini sebagai romantika sejarah terjaga rapih di Museum tersebut.

TuamaWungowLolombualan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun