Lumrah kalau rapat kegiatan UKM di kampus diikuti mahasiswa yang ngaku-ngaku agent of change. Tapi kalau agen dunia lain ikut mampir, gimana ceritanya? Â
Pengalaman ini terjadi saat kuliah 15 tahunan lalu. Maklum, penulis sudah sepuh. Tepatnya di komplek bangunan UKM fakultas pendidikan di salah satu kampus Jogja. Konon, bangunan itu berubah fungsi jadi basemen parkiran kampus.
Sore itu kami rapat kepanitiaan ospek dan makrab jurusan. Sebentar lagi mahasiswa baru datang. Perlulah kami sambut mereka secara seremonial sekaligus momen tebar pesona bagi para senior.
Suasana rapat ramai lancar. Anggrek yang sedang memimpin rapat tiba-tiba terdiam beberapa saat di depan kami.
"Anggrek?" Seseorang menegur.
"Hiiiiiii hiiiiiii hiiii...."
Tanpa aba-aba, Anggrek mengeluarkan suara tertawa melengking. Suaranya yang medok Jogja berubah mirip pengisi suara Kuntilanak di film horor. Tangannya terangkat ke depan menunjuk arah kami.
Byar!
Kacau balau kerumunan. Kami berebut keluar ruangan melalui pintu yang sempit. Seseorang mengaduh kejepit. Yang lain sepatunya keinjak entah siapa. Semua lari gedebukan. Rapat bubar seketika meninggalkan Anggrek yang masih berdiri kaku.
Setelah adegan intip-intipan dan dorong-dorongan, beberapa kakak tingkat memberanikan diri masuk lagi. Mengajak Anggrek keluar ruangan rapat. Pandangan mata Anggrek kosong. Ia menjadi sosok yang berbeda. Untungnya Anggrek tidak melawan atau menari tiba-tiba. Stay cool and calm.
Mereka mengevakuasi Anggrek ke salah satu ruangan UKM. Memberikan air mineral dan menemani Anggrek yang meracau. Seorang lain meminta bantuan ke mbak-mbak jilbaber dari masjid kampus.